Cerita Anak Nakal Season 2 (Episode 9)

Engkau adalah Hidupku

NARASI FAIZ


Kuliah di luar negeri, sebenarnya nggak beda jauh sih ama di Indonesia. Hanya saja di sini lebih terstruktur dan memang budayanya beda. Aku sendiri sudah menyesuaikan diri. Mulai banyak teman, nggak cuma dari Amrik saja tapi juga dari negara-negara lain. Dari Indonesia sendiri sebenarnya ada tiga orang, dari India ada banyak. Dengan beasiswa yang aku punya ini aku bisa menghemat uang saku, bahkan aku nyoba-nyoba juga kerja sambilan di kota Cambridge ini. 

Sebenarnya tak sedikit cewek yang naksir aku di Havard University ini. Mereka kebanyakan searching google tentang diriku dan mendapati kalau aku putra dari konglomerat yang termasuk dua puluh orang terkaya di dunia. Tentu saja mereka mulai mendekatiku. Aku biasa diajak pesta, tapi aku selalu menolak. Aku benar-benar tak mau terlibat dengan pesta dan hura-hura seperti itu. Aku benar-benar fokus kuliah dan ingin tepat waktu menyelesaikan kuliahku. 

Aku kerja sambilan di sebuah restoran fast food. Gajinya lumayanlah untuk menyambung hidup di negeri orang. Membagi waktu antara pekerjaan dan kuliah sudah terbiasa aku lakukan. Belajar dan belajar, setiap hari membawa buku, ke mana-mana berdiskusi dengan para mahasiswa yang lainnya. Aku pun menjadi asisten dosen di sekolah ini dan punya email faiz@havard.edu. Salah satu kebanggaan anak Indonesia adalah punya email dari kampusnya Bill Gates ini. 

Hari Minggu waktunya liburan. Aku bersama Josh salah seorang teman yang tinggal satu apartemen denganku. 

"Hello Faiz, wanna commin?" tanyanya.

"To where?" tanyaku balik.

"I wanna buy some movie, CD and Cassetes," jawabnya.

"Sure, I'm free right now," ujarku.

"Okay then," katanya.

Kami pun pergi ke sebuah toko kaset dvd, cd. Di sini dijual banyak macam kaset seperti film dan lagu-lagu mp3. Aku melihat banyak sekali album-album dari para artis seluruh dunia. Semuanya ada di sini bahkan aku tertarik dengan sebuah rak yang dipajang di sana. Sebuah Genre musik POP. Ada sebuah DVD yang terpampang di sana bertuliskan nama yang tidak asing bagiku. ISKHA, judulnya THE FIRST LOVE. Aku juga tak asing dengan foto yang ada di sampul album itu. Iskha!

Segera aku ambil. Di pojok ruangan itu ada tempat untuk mengetes dvdnya. Tak kusangka Iskha sudah bikin album. Kenapa dia tak cerita? Kenapa dia diam saja di email?? Aku pun mencoba menyetelnya. Kupasang headset. Lagu pertama. 

Wahai Kasih, dengarkan diriku
Kutakkan mengulangi lagi
Wahai Kasih, peluklah aku
Karena ku takkan melepasmu lagi

Hati ini pun lelah tuk bersandar
Apa yang bisa aku lakukan
Kala jiwa ini membutuhkan kerinduan
Dari dirimu yang nun jauh di sana

[Reff:]
Wahai kasihku
Dengarkanlah kata rindu di hatiku
Kuingin kau rasakan rasa cintaku
Bahwa hati ini adalah untukmu....

Wahai kasih, maafkan aku
Yang tak bisa menahan rindu ini
Wahai kasih, ciumlah aku
Karena ciumanmu pelepas dahaga ini

Akankah aku bertemu lagi denganmu
Akankah aku mencintai dirimu lagi
Aku pun berjanji kau tak kan kulepas lagi
Hingga sampai akhir nanti

[back to reff 2x]


Aku tersentuh dengan lagu ini. Iskha, dia merindukanku. Tiba-tiba air mataku mengalir. Josh yang melihatku segera menepuk pundakku. Aku melepaskan headsetku.

"You're Okay man?" tanyanya. "What's up?"

"I..just...missing her," jawabku sambil menunjuk foto Iskha.

"Did you know her?" tanyanya.

"Sure, she is my girlfriend," jawabku.

"Bullshit, no way. You had a girlfriend? And she is a singer?"

"Is there any problem?"

"No, just I thought you're single man."

"No, I'm not. And I never mention it."

"So that the reason why you never hit any girl in here."

"You know it now."

"She is famous you know. Many people love her song. I just don't know the language, but I'm sure her voice was wonderfull."

"Thank's."

Ia menepuk pundakku lagi. "You're lucky man."

Setelah kejadian hari minggu itu, satu kampus langsung heboh. Josh ternyata juga penyebar gosip. Sampai-sampai dosen yang sering dekat denganku seperti Mr. Marcuss bertanya kepadaku, "Is that true that you had a girlfriend and she is a singer?"

"Yes, sir," jawabku tentu saja.

Bahkan lucu sekali media lokal sampai mewawancaraiku. Dalam sekejap aku sudah masuk koran. Jadi mahasiswa yang terkenal. Bahkan di media internet foto Iskha pun disandingkan denganku. Masuk lagi bahan gosip. Dasar infotainment. Sampai kemudian salah media massa Indonesia salah satu stasiun tv datang sendiri ke Havard untuk mencariku. Dan mereka mewawancaraiku langsung. Sebegitu hebohnya kah? Ternyata ini semua tak lain karena Iskha. Videonya di youtube ditonton lebih dari lima juga views. Wow tentu saja. Dia jadi artis terkenal sekarang. Aku pun makin tak sabar ingin kembali ke Indonesia. Aku sudah menangkap seluruh pesannya dalam lagu-lagunya itu.

NARASI ISKHA

Baru beberapa bulan meluncurkan album aku langsung jadi bahan gosip. Sampai-sampai di tv fotoku disandingkan ama Mas Faiz. Duh, malunyaaaa.... Mas Faiz, aku kangen ama kamu. Semoga kamu menangkap pesan-pesanku. Itulah perasaanku sekarang Mas. 

Semakin terkenal semakin berubah kehidupan keluarga kami. Rumah kami makin besar. Semuanya dari hasilku manggung dan penjualan album. Makin banyak juga yang jahil kepadaku, curi-curi foto, minta tanda tangan dan lain-lain. Ngisi acara talkshow. Dah, pokoknya capek deh. Tapi aku dan bandku pun nggak kalah, kami juga baru saja meluncurkan album. Dan penjualannya pun tak kalah banyak. Bersaing malah. Kerjaku dua kali sekarang. Show dengan The Zombie Girls juga show karir soloku. Tapi untungnya teman-temanku sadar kalau aku nggak boleh capek-capek kerja. Kami mengeluarkan album di bawah label yang sama. Jadi semua kepengurusan terasa mudah. 

Hampir setiap hari ada surat dari para penggemar. Dan hampir tiap hari juga ada wartawan yang singgah. Sekedar tanya koleksi sepatu, koleksi baju, (padahal nggak penting banget tanyanya) dan yang terakhir tanya hubunganku ama Mas Faiz. Ya aku jawab aja kalau aku dan Mas Faiz masih komunikasi walaupun jauh. Lalu gosip-gosip pun beredar kalau aku mulai dekat dengan lelaki lain. Hadeeeh...siapa coba? Nggak ada. Moga aja Mas Faiz nggak cemburu ama berita-berita miring itu.

Seperti hari itu aku diundang ke acara BUKAN EMPAT MATA tahu bukan dengan Tukul Arwana sebagai hostnya itu di Trans 7? Yup, dia mulai tanya yang aneh-aneh. Seperti aksi panggungku dengan The Zombie Girls yang heboh. Trus kemudian tanya tentang albumku itu. 

"Oh ya mbak, ngomong-ngomong. Denger-denger katanya album itu dibuat dari curahan hati ya? Monggo," tanya Mas Tukul.

"Iya Mas, sebenarnya itu curahan hatiku, soalnya lagi kangen dengan someone," jawabku. Langsung disambut sorak-sorai penonton.

"Lho lho lho, someone itu apa yang sedang kuliah di luar negeri itu? Monggo cerita," tanyanya.

"Iya, kami sudah deket sejak SMA. Masih sering komunikasi juga sih walau lewat chatt atau email," jawabku.

"Nah ini, gini ini, cewek yang setia. Emangnya kuliah dimana itu someonenya?"

"Di Havard University."

"Whoaaa....aplause!" kata Mas Tukul. "Hebat ada orang Indonesia bisa kuliah di sana. Saya dulu waah...mau kuliah di sana, tapi karena ....Eaaa eeaaa eaaa eeaaaa," 

Gaya bercandanya Mas Tukul yang khas membuatku tertawa. Setelah itu aku diberikan kejutan. 

"Sebentar ini kita sedang ada kejutan buat Mbak Iskha. Kita akan mencoba menghubungi kekasihnya," kata Mas Tukul.

"Hah?" aku terbengong tentu saja ini kejutan yang tak terduga.

"Monggo ini udah masuk. Hallo?" sapa Mas Tukul.

"Halo??" terdengar suara. Suara yang aku ingat. Itu suara Mas Faiz.

"Halo, ini Mas Faiz ya?" tanya Mas Tukul.

"OH iya, dengan saya sendiri," jawabnya.

Mataku langsung berkaca-kaca. Aku bisa melihat wajahku dilayar kaca dishoot close up. Mungkin sang kameramen tahu aku sedang terharu.

"Mas ini saya Tukul Arwana dengan acara Bukan Empat Mata. Ini di studio ada Iskha yang katanya emang kekasihnya," kata Mas Tukul.

"Oh,benarkah? Ada Iskha?" suara Mas Faiz tampak gembira.

"Mas Faiz?" sapaku.

"Iskha?? Hai."

"Apa kabar mas?" tanyaku sedikit terisak.

"Baik, kamu bagaimana?"

"Baik juga. Gimana kuliahnya?"

"Kuliahku alhamdulillah lancar."

"Mas jaga diri ya di sana, maem yang banyak. Jangan sampai kecapekan!"

"Iya, kamu juga."

"Makasih ya Mas Tukul sudah menghubungkan aku dengan Iskha. Saya dengan ngajar di sini, dapat panggilan yang katanya ada Iskha saya langsung keluar kelas sebentar."

"Oh..lagi ngajar ya?" tanya mas Tukul.

"Iya, saya jadi asisten dosen di sini. Kebetulan dosennya berhalangan hadir. Tapi nggak apa-apa," jawab Mas Faiz.

"Mas Faiz, aku kangen ama mas," kataku. 

Langsung tiba-tiba semuanya hening. Hanya lantunan piano saja yang terdengar. 

"Aku juga. Do'ain aja ya, biar segera selesai," katanya. 

Setelah acara malam itu, besoknya langsung menjadi headline di acara gosip. Yah, nggak bisa apa-apa. Mau gimana lagi coba? Dan dalam waktu yang relatif singkat, kami pun dinobatkan jadi pasangan selebritis terbaik beberapa hari kemudian. Dan menurutku itu terlalu lebay. Dasar media.

What The Fuck???

NARASI HANI


Aku senang sekali, ketika Pak Hendrajaya menawariku kerja di kantornya setelah aku lulus kuliah D2 Sekretaris. Beliau benar-benar memberikan posisi yang sangat penting bagiku. Selain aku senang karena aku bisa dekat dengan beliau yang notabenenya adalah ayah biologisku, aku juga senang karena gajinya cukup besar untuk seorang sekretaris. Terlebih beliau menganggap aku sebagai anaknya sendiri. Dia juga menghormatiku sebagai temannya Mas Faiz. 

Pekerjaanku mulai dari mengatur jadwal meeting, mengatur siapa saja yang boleh menghubungi beliau, bahkan sampai laporan-laporan dari semua manajer pun ke akulah semuanya diserahkan. AKu pun memesan tiket untuk dia ketika ingin keluar kota. AKu juga yang mengatur presentasinya. Ke mana-mana aku pasti bersama beliau. Senang sekali menjadi orang yang sangat dekat dengan beliau. Bahkan aku pun jadi dekat dengan Ibu Aula istrinya. Melihat ketekunanku bekerja beliau pun sampai menjadi mata-mataku, kalau-kalau suaminya selingkuh. Hihihihi. Lucu memang, tapi ayahku ini tak pernah aku lihat jalan dengan wanita lain. Semuanya adalah mengurus pekerjaan dan keluarga. 

Aku cuma heran bagaimana dia bisa mengenal ibuku dan selingkuh. Itulah yang aku tak habis pikir. Seperti apakah pesona dari Tuan Hendrajaya ini. Aku pun mulai mengerti pesonanya setelah kami harus bertemu dengan klien besar yang ingin mendirikan sebuah menara pencakar langit di Jakarta. Mega Projek ini akan membangun sebuah bangunan tinggi 75 lantai. Konsepnya adalah menara ini berisi apartemen, mall dan perkantoran. Juga ada tempat fitness, kolam renang, dan lain-lain. Karena nilai projek ini besar maka investornya pun lumayan besar juga.

Ada tiga perusahaan yang bekerja sama untuk membuatnya. Dan untuk itulah kami berdua harus ke Singapura. Aku mendampingi beliau untuk bertemu dengan orang-orang penting ini. Sejujurnya ini adalah untuk pertama kalinya aku keluar negeri, walaupun cuma ke Singapura saja sih. Tapi aku sungguh bersemangat. Andai ibu sekarang melihatku, tentu beliau akan sangat bangga kepadaku.

Kami pun bertemu dengan para klien itu. Pembahasannya cukup alot, terutama tentang kondisi Indonesia yang sedang tidak menentu akhir-akhir ini. Tapi ayah meyakinkan semua klien bahwa berinvestasi di sana bukanlah hal yang salah. Ayah bahkan menjamin dalam sepuluh tahun keuntungan yang didapat bisa sepuluh kali lipat dari modal awal. Tentunya dengan tingkat inflasi yang aman. Apa pula itu aku nggak faham, tapi paling tidak para klien itu cukup puas dan mau berinvestasi.

Aku tidak suka ketika ayah sudah mulai mabuk-mabukan. Ia terlalu banyak minum wishky dan tequila. Entah berapa gelas yang ia tenggak. Ia kemudian karaokean bersama para klien hingga larut. Setelah benar-benar mabuk, aku pun memapah ayahku ke kamarnya. 

"Pak hati-hati!" kataku.

Bau alkohol dari mulutnya membuatku ingin muntah rasanya. Agak susah juga memapah beliau. Tapi meskipun sudah tua tubuh beliau masih tegap. Hanya ada sedikit lemak diperutnya, tapi tidak gemuk. Proporsional menurutku. Juga yang wajahnya juga masih berwibawa. Aku senang sekali bisa menolong ayahku sekarang ini. Inilah kesalahanku. Aku sudah menganggap dia ayahku, tapi dia tidak tahu kalau aku adalah anaknya.

"Aula...jangan tinggalin aku ya, temani!" ia mengigau memanggil nama istrinya. 

Aku membukakan pintu kamarnya, lalu kami berdua pun masuk. Aku pun memapahnya sampai dia ambruk di atas ranjang. Setelah itu aku buka sepatunya dan menatanya hingga ia berbaring di atas ranjang. Lelah juga memapahnya. Aku baru saja mau beranjak, tiba-tiba dia mencengkramku. 

"Aulaaa...jangan pergi!" katanya. 

Tu...tunggu dulu, dia mendekapku dari belakang, ia meremas payudaraku. Aku agak meronta, tapi ia sangat kuat. Oh tidak, ini tidak boleh terjadi. Ia terus mendekapku sehingga ku tak bisa bergerak. Akhirnya aku mencoba membiarkannya aku ingin tahu apa yang ia lakukan. 

Oh tidak, ini diluar kendaliku. Dia menciumi pantatku dari balik rok. Jangan, dia akan memperkosaku. Aku ingin pergi tapi dia terlalu kuat bahkan kemudian membantingku di atas ranjang, aku pun pusing. Bantingannya terlalu kuat. Untuk beberapa detik aku tak bisa apa-apa. Ia sudah berhasil menggeranyangi tubuhku. Aku baru sadar ia sudah membuka kemeja dan menghisap tetekku. Ohh...ayahh....

"Paak,..jangan!" aku mendorongnya.

"Aulaa...kamu ranum sekali," gumamnya. Ia tak sadar. Oh celaka, apa yang harus aku lakukan?

Pak Hendrajaya mencupangi buah dadaku. Dia mengenyotnya, meremasnya dan memberikan stimulus kepadaku. Tenaganya terlalu kuat. Aku bertubuh kecil, sehingga ia dengan mudah bisa menguasaiku. Ia kemudian melumat bibirku. Ia hisap salivaku. Ouuhh...bau alkoholnya membuatku pusing. Seketika itu aku pusing sekali. Baru kali ini aku mencium laki-laki dan ini ayah kandungku sendiri. Dan baru kali ini buah dadaku dicupangi dan ini oleh ayah kandungku sendiri. 

Aku sesaat tak sadar karena pusing. Bau nafasnya benar-benar membuatku mabuk. Aku mencoba bangkit. Ingin pergi dari tempat ini sebelum terlambat, tapi dia sudah ada di depanku tanpa sehelai benang pun. Celaka. Mati aku. Penisnya sudah ada di depan wajahku. Dia menjambak rambutku sehingga mulutku terbuka dan penisnya dimasukkan ke mulutku yang kecil. Oh tidaaakk...HAP. Dia lalu memaju mundurkan pantatnya.Penisnya yang besar itu melesak masuk sampai menyentuh kerongkonganku. Aku tersedak. Hampir saja muntah. 

"Ohh...Aula...nikmat banget," rancaunya. Aku terpaksa memblowjob ayahku sendiri. Ia memegangi kepalaku sehingga aku tak bisa apa-apa selain membiarkan dia memperkosa mulutku. Hingga kemudian ia menghenikan aktivitasnya disusul kedutan dari penisnya. Ia orgasme! 

CRUUUTTT CRUUUTTT! Sebagian besar spermanya meledak di mulutku. Ahhkk...tertelan. Aku ingin muntah rasanya. Ia lalu melepaskanku. Aku ambruk di kasur. Badanku rasanya sakit semua. Ternyata belum selesai. Beberapa sperma yang meleleh di mulutku aku ludahkan ke lantai. Rasanya amis dan asin. 

Belum sempat aku mengumpulkan tenaga, ia sudah memelorotkan rokku dan celana dalamku. Oh tidak...jangan!

"Pak, sudah pak. Sadar! Aku Hani!" jeritku.

Tapi Pak Hendrajaya sudah terlanjur mabuk. Ia tak ingat lagi siapa aku. Di depan wajahnya terpampang memekku dengan bulu halus rapi di atasnya. Pak Hendrajaya langsung melahap tonjolan kacang yang ada di pucuknya. Aku pun mengejang. Lidahnya menari-nari di sana dan menjilat seluruh bagian bibir memekku. AAarrgh...rasanya geli, nikmat bercampur jadi satu. Aku pun tak kuasa hanya bisa menggeliat di atas kasur sambil meremas sprei. "Ayah....kumohon!" rintihku.

"Aulaa..hhmm...memekmu nikmat banget,...!" gumamnya lagi. Dia masih mengira aku istrinya. 

Aku pun jadi ragu. Ingin mendorongnya ataukah membiarkan dia memberikan kenikmatan ini padaku. Keputusan terakhirlah yang aku pilih. Membiarkan dia. Memekku dijamah oleh ayahku sendiri. Dia mengobok-obok memekku. Entah diapakan pokoknya nikmat sekali hingga aku pun orgasme dahsyat untuk pertama kali. Dan ini adalah pertama kalinya aku orgasme seumur hidupku. Setelah gelombang dahsyat itu pergi aku lemas. Pasrah....entah apa yang akan dilakukannya lagi. Aku cuma bergumam, "Jangan ayah...jangan!"

Pak Hendrajaya tiba-tiba menggesek-gesekkan kemaluannya yang besar tadi ke memekku. Ouuuhh...aku baru kali ini merasakan penis laki-laki menyentuhku. Tapi kenapa harus ayahku kandungku sendiri? Air mataku pun berderai. Aku tak bisa lari lagi. Dan dengan hentakan ia pun menerobos liang senggamaku. Aku pun robek. Aku menjerit. Ia memelukku.

"Ohhh...nikmat sekali Aula. Hhmmmmmhhh...memekmu sepit sekali malam ini!" katanya. 

Dia memelukku sambil bergoyang naik turun. Memekku benar-benar menjepit kuat penisnya. Aku kesakitan. Perih, pedih. Tapi lambat laun, rasa itu hilang, hanya kurasakan geli dan nikmat. Pak Hendrajaya ini ternyata sangat terampil dalam bercinta. Ia menciumku saat aku merasakan sakit. Hal itu mengurangi rasa sakit ketika ia merobek memekku. Goyangannya pun makin cepat dan ia menyusu lagi kepadaku. Mungkin ia sangat terpesona dengan payudaraku yang naik turun seiring goyangannya. Dan akhirnya benar, ia akan orgasme. Aku juga sudah ingin nyampe.

Ajaibnya adalah kami bersama-sama keluar. Spermanya membasahi rahimku. Rahim yang seharusnya mengisi adalah suamiku sekarang diisi oleh ayah kandungku. Aku sesaat lupa akan sosok Pak Hendrajaya. Setelah puas mengeluarkan spermanya. Ia mencabut penisnya dan ambruk di sampingku. Aku rasanya tak bisa berjalan lagi. Tubuhku sepertinya remuk, sakit semua. Aku juga lelah. Dan akhirnya kami pun terlelap malam itu. 

****

Hari sudah pagi. Dan aku mendapati Pak Hendrajaya sudah tak memelukku lagi. Dia ada di pinggir ranjang memakai pakaiannya. Aku terbangun dan duduk. Aku agak malu dan menutupi tubuhku dengan selimut. 

"Maafkan aku," kata Pak Hendrajaya. 

Aku hanya diam. 

"Aku terkejut ketika bangun mendapatimu. Aku pasti melakukan hal-hal yang jelek tadi malam. Aku lihat bercak arah di kasur. Maafkan aku Hani. Aku seharusnya tak melakukan ini. Ini pasti gara-gara aku mabuk tadi malam," kata Pak Hendrajaya. 

"Tidak apa-apa pak. Ini sudah terlanjur. Hani juga nggak tahu harus berbuat apa tadi malam," kataku. 

"Itu tidak bisa! Harusnya kamu pukul aku tadi malam biar aku tak melakukan ini. Ohh..apa yang harus aku lakukan sekarang??" Pak Hendrajaya tampaknya merasa bersalah. 

Aku menundukkan kepalaku. Aku pun malu sendiri melihat diriku. 

"Aku tahu siapa kamu. Kamu anaknya Dian bukan? Aku menyelidiki kamu selama ini dan aku sekarang ingat siapa kamu. Engkau sudah lama aku cari. Dan sekarang aku malah melakukan hal ini kepadamu," jelasnya. 

Jadi....dia sudah tahu kalau aku anaknya? Aku sangat senang sekali. 

"Aku sudah tahu kamu adalah anakku, maka dari itulah aku memberikan kekhususan kepadamu. Beasiswa, pekerjaan, tempat tinggal, semuanya. Apa yang sudah aku lakukan sekarang ini?" Pak Hendrajaya pun menangis.

"Ayah, boleh aku panggil bapak sebagai ayah sekarang?" tanyaku.

"Aku tak pantas dipanggil ayah, ayah yang seharusnya melindungi putrinya malah berbuat tidak senonoh terhadap putri sendiri," ujarnya. 

Aku langsung memeluknya. 

"Aku minta maaf ayah, seharusnya ku sejak dari dulu berkata jujur. Tapi aku tak berani....akulah yang salah," kataku. Aku pun juga menangis. Kami berdua menangis di hotel itu. Menyesali apa yang sudah terjadi barusan.

0 Response to "Cerita Anak Nakal Season 2 (Episode 9)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel