Cerita Dewasa Cinta Sayur Asem Episode 3

Cinta itu Mbulet 

#Pov Rian

Hal teraneh adalah ngelihat Anik nangis tanpa sebab kemarin. Kenapa juga ia bilang aku bego? Aku sendiri heran. Ah, tapi aku nggak tahu maksudnya. Paling nggak kencannya ama Zain nggak batal, kan? Heran. Kenapa juga aku seneng dia kencan ama cowok lain. Bego. Mungkin bener kata dia aku iki wonge bego.

Tapi lumayanlah dari hasil nganter si Anik. Itu boobsnya nekan aku berkali-kali. Aduh aku jadi malu mengakui kalau saat itu aku emang sedikit konak. Hehehe. Ya wajarlah aku cowok. Tapi yang membuatku spesial adalah Anik itu cewek berjilbab. Aku berusaha menyembunyikan si otongku dan menghilangkan segala bentuk pikiran mesumku ama dia. Dia terlalu spesial untuk dijadikan bahan fantasi seksku. Tapi beneran, tiap kali aku bayangin Anik, aku pasti nggak dapet. Entah kenapa otakku sepertinya nggak mau mikirin mesum ama dia.

"Hei, gelem ora? (mau nggak)" tanya Mas Yogi sambil nunjukin Hard Disk portablenya.

"Opo iku mas? (Apa itu mas)" tanyaku.

"Isine(isinya) JAV. Ada Saori Hara, Ameri Ichinose, Sherina Hayakawa, Tora-tora pokoknya."

"Waahh...mau-mau, aku kopi deh di laptopku."

"Yuk!" 

Nah, biar pun aku dan Mas Yogi kadang ribut, tapi soal pikiran mesum kami kompak. Ya tentu saja, wong sodara. Aku masuk ke kamarnya dan meng-copy Hard Disk milik Mas Yogi. Gile bener ada 700GB isinya bokep JAV semua. Mana muat nih laptop, pilih-pilih aja deh. Lagian aku juga nggak mungkin nonton semua, gile aje. Bisa kering ntar otongku. 

Saat enak-enaknya meng-copy Mas Yogi ditelpon seseorang.

"Halo, sayang....." kata mas Yogi. Dari pacarnya sepertinya. "Bentar yah..." Ia keluar kamar. 

Ceweknya Mas Yogi ini rekan kerjanya. Cakep. Pernah diajak ke rumah sekali. Orangnya pake jilbab juga. Namanya Salsa. Walaupun pake jilbab, tapi beda ama Anik. Baju jilbab Anik lebih longgar daripada Salsa. Lekukan body Salsa lebih nampak daripada Anik. Dan jujur, aku lebih horni ngelihat si Salsa ini daripada si Anik dari soal body. Lucunya adalah aku pernah mergokin mereka ciuman di ruang tamu. Dan yah...aku akhirnya cuma coli di kamar mandi sambil bayangin pacar kakakku ini. 

Setelah selesai meng-copy kakakku pun masuk lagi ke kamar. 

"Udah?" tanyanya.

"Udah," jawabku sambil nyerahin hard disknya. 

Dia lalu mutar salah satu film. Langsung deh wajah Saori Hara muncul di layar. Mana uncensored lagi. 

"Mas, boleh nanya sesuatu?" tanyaku.

"Apaan?"

"Mas selama pacaran ini pernah gituan ama Mbak Salsa?" tanyaku.

Ia menatap ke arahku dengan pandangan nyelidik. "Ngapain tanya begitu?"

"Yah, takon wae(yah, tanya aja)," kataku.

Mas Yogi ngelirik kiri kanan lalu mendekat ke aku dan berbisik, "Sejujurnya pernah."

"HEeeeeehhhhh??????"

Aku ditempeleng. Sakiiit.

"Lapo jerit-jerit koyo' ndelok kuntilanak (kenapa jerit-jerit seperti habis lihat kuntilanak)?" bisik Mas Yogi.

"Seriusan mas?" 

"Aku yang pertama lho, keren nggak?" dia kayaknya bangga banget dapetin perawannya Salsa, pacarnya itu. Beruntung sekali Mas Yogi ini.

"Koq, iso gelem karo sampeyan iku ceritane piye (koq mau ama kamu itu ceritanya gimana)?"

"Yang penting itu komitmen, bukan cinta sayur asem kayak kamu itu! Dipendeeeeeeemmm wae ampe kecut."

"Yah mas, akukan emang seneng beneran ama Anik. Nggak pengen ngerusak dialah. Tapi aku jujur nggak berani ngomong suka nang bocahe(sama anaknya)."

"Kenopo ora wani? Wedi ketolak(takut ditolak)?"

Aku mengangguk.

"Ditolak iku wajar Rian. Mas-mu iki ditolak wong wadon sepuluh, untunge sing kesewelas iki gelem. Hehehehe (kakakmu ini ditolak cewek 10 orang, beruntung yang ke-11 ini mau)."

Aku jadi mikir. Harus gimana ya ama Anik. Bingung juga. 

****

Sebulan sudah si Anik menjalin hubungan ama Zain, setelah itu ia mutusin hubungannya. Zain tentunya patah hati, sampai berlutut di depan kelas kami agar si Anik kembali kepadanya. Tapi dengan dinginnya Anik bilang, "No way!"

Edan ini anak. Zain pasti habis ini bunuh dirilah dibuang gitu aja ama si Anik. Bener-bener Miss Rempong ini Anik. Trus, ngapain aku bisa naksir ama dia ya? 

Alasan-alasan kucari tapi tak ada yang cocok. Aku sendiri tak tahu sejak kapan suka ama Anik. Yang jelas kami sejak kecil sudah main bersama, ngejar layangan bersama, main di got bersama. Nggak cuma ama Anik sama kakaknya juga si Rahma itu. Dia udah nganggap aku sebagai sahabatnya. Tapi aku tetap memberikan tempat khusus di hatiku. 

"Plis Nik, kembalilah kepadaku," kata Zain sambil berlutut di hadapannya.

"Ogah, nggak mau," kata Anik. "Pergi sana, daripada ntar kamu disuruh pergi ama guru wali kelas."

Zain nangis. Gile cowok pake nangis juga? Dia pun berdiri dan keluar dari kelas si Anik sambil bersedih. 

"Wong edan kamu Nik, ntar dia bunuh diri gimana?" tanyaku.

"Bukan urusanku," jawabnya dingin. Edan bener ini anak. 

Anik jalan ke Elok dan melakukan tos. Dia menang taruhan. 

"Iya, iya, ntar habis pulang sekolah ya," kata Elok. 

****

#Pov Anik#

Horeee, akhirnya menang taruhan. Ntar sore aku ditraktir ama Elok. Hehehe. Segera setelah pulang sekolah kami pun pergi ke mall. Elok ngajak temen-temennya. Lebih tepatnya temen-temen geng kami. Hihihi. Kami ditraktir di sebuah restoran fast food Pizza Hutt. Kami ngobrol ngalor ngidul soal ekspresinya si Zain. Dan kami menganggap hal itu lucu. Entah kenapa perasaanku nggak enak hari itu. menganggap hal itu adalah lelucon adalah kesalahan terbesarku. 

Setelah itu kami nonton bioskop. Elok benar-benar tekor kali ini. Tapi ternyata ia membuat rencana pembalasan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Taruhan belum berakhir.

"Filmnya seru ya," kata Pipit, salah satu anggota geng Rempong kami. 

"Iya seru," aku setuju. 

"Eh, Nik. Aku belum mengaku kalah nih," kata Elok. 

"Udah deh, aku sudah menaklukkan sembilan cowok, masa' nggak cukup?" tanyaku sombong.

"Gini, ini yang terakhir. Bener-bener terakhir, setelah itu aku akan akui kamu memang cewek yang hebat, bener-bener playgirl."

Aku agak ragu menerima tantangan Elok. Tapi entah kenapa aku pun bilang. "Ok, siapa takut. Taruhannya masih sama kan?"

"Nggak, beda dong. Enak aja sama," kata Elok.

"Apa?"

"Kali ini yang kalah harus nyium Pak Sapto satpam sekolahan di hadapan banyak anak-anak," kata Elok.

"Anjiiiirrr! Yang bener Lok. Ini sih keterlaluan namanya," kata Pipit.

"Iya, Lok. Ini kelewatan, Awakmu dewe paling yo ora gelem ngambung Pak Sapto(kamu sendiri juga nggak bakal mau nyium Pak Sapto)," kata Ririn. 

"Wistalah, piye? Gelem ora? (Sudalah, gimana? Mau nggak?)" tantang Elok.

"OK, siapa takut. Nggak boleh mundur lho ya?"

"Deal!" kami besalaman. 

"Waduh, manteng koen!" kata Pipit. 

"Trus targetnya siapa?" tanyaku.

"Si Rian," kata Elok.

JEDEERRRR! Bagai disambar geledek aku denger nama Rian. Kenapa harus dia?

"Eh..bentar-bentar, nggak salah denger?" tanyaku.

"Nggak, beneran. Aku tahu kamu sahabatan lama ama dia. Kamu harus bisa naklukin dia, trus mutusin kaya' Zain. Gimana?" tanya Elok.

"Nggak ada cowok lain apa? Plis deh jangan! Kalau aku sampai ngelakuin itu ke dia. Rian bakal musuhin aku seumur hidup!" kataku. "Nggak Lok, cowok yang lain aja. Misalnya si Bima atau si Andre."

"Nggak, aku kepengen si Rian. Kalau dirimu nggak mau, ya kamu harus nyium Pak Sapto dihadapan banyak orang," ancam Elok.

Perasaan tak enakku ternyata ini. Duh, aku harus gimana ya? Rian. Maafin aku ya. 

"Oke, aku akan lakukan."

==========

Terjemah kosakata:
Mbulet = Ruwet

0 Response to "Cerita Dewasa Cinta Sayur Asem Episode 3"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel