Jamuan Seks Di Pedalaman Episode 14 TAMAT
Saturday, March 11, 2017
Add Comment
Akhir Sebuah Kenangan 3
Kami akan kembali lusa. Dan setelah ini kita tak akan bertemu lagi.... suaraku agak terdengar serak saat mengucapkan kalimat itu pada kedua Muna dan Muni.
Ya. Dua hari lagi aku dan Lusa mesti kembali ke kota. Kembali menjalani hari-hari yang normal, sebagai komunitas masyarakat yang modern, bukan terbelakang seperti pemukiman ini. Yang terpenting adalah aku telah memberikan sedikit karya yang dapat digunakan oleh masyarakat suku ini.
Namun harus kuakui secara sukarela, bahwa pemukiman ini telah memberikan banyak hal padaku. Termasuk kenangan pada kehidupan kebebasan seksuil terkendali. Maksudku terkendali adalah sebebas-bebasnya mereka melakukan aktivitas seks, mesti taat pada aturan yang dititahkan oleh pemimpin mereka. Segalanya harus melalui suatu ritual. Ritual suci dalam pandangan mereka. Dan ini tak boleh disalahkan. Itu adalah budaya mereka, tradisi mereka yang sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun, bahkan mungkin beratus-ratus tahun yang lalu.
Di pemukiman ini aku telah mengalami banyak hal. Dan khusus semproters semua, aku sajikan hanya bagian yang mengandung erotis dan yang berhubungan dengan Trip yang aku lakukan. Hal-hal lain yang agak kurang menarik untuk dituliskan disini aku hilangkan.
Kembali ke pokok masalah dan pokok cerita.
Muna telah menerima bandul. Sebuah bandul telah melingkar dilehernya. Bandul emas.
Bandul yang aku ambil dari dalam peti di ruangan tempat para leluhur mereka bersemayam, kini telah menjadi miliknya. Hak miliknya seutuhnya, sesuai perintah dari sang penguasa darat dan langit, begitulah kata Tapulu.
Sebuah tanggung jawab kepemimpinan sesungguhnya sudah dipikul oleh Muna. Selayaknya beban itu mesti berbagi bersama suaminya, dan sesungguhnya itulah aku. Lelaki yang kata Tapulu telah diberi kepercayaan oleh leluhur untuk bersama Muna memimpin suku ini.
******
******
Hsssshhhhh.... yyaahhhhsss...hmmmm...., ayo terussshhh.... wheeennnnaakkk..
gila..., enak benarrr...., iissshhhh..
Masih enak ya, Kak....
Iya.... masih. Lebih enak malahhhh....
[/i]Plokkk....Plokkkk...Plokkkk ![/i]
Antooooon.... Antoooonn.... Buka pintunya. Aku nih...!
Suara Lusi terdengar nyaring memanggil-manggil sambil menggedor-gedor pintu dengan keras membuat aktivitas seks yang sedang aku lakukan terhenti. Hadeh ! bisa rusak tuh pintu kosan ini.
Sial benar ! aku kok selalu sendirian di kosan ini ? ga ada siapa-siapaaaaa...! pada keluar semua penghuni-penghuni kosan.
Dengan setengah kesal aku mencabut penisku yang sudah tertancap dengan sempurna mendekati finish. Setelah memakai celana pendek dan masih bertelanjang dada aku keluar kamar dan membuka pintu kosan. Lusi tampak berdiri dengan sebuah tas yang bermerek nama sebuah Super Market ditangannya. Wajah cemberutnya membuat aku tertawa. Dasar anak gadis urakan...!
Heh..! malah senyam senyum..! ada apa ? tanyanya sambil meninju dadaku dengan lembut.
Gak apa-apa. Yuk masuk...
Wew..., ga disuruh juga aku pasti akan masuk. Tadi aja Cuma karena pintunya kau kunci... katanya aga kesal Kenapa sih pintunya mesti ditutup terus ? gak mau diganggu ya....
Masih saja nih anak sensi. Bukan gitu, Non. Aku kan lagi di kamar....
Huh...! kamar mulu..! apa ga ada tempat lain di kosan ini selain kamar ?
Aku menggelengkan kepala, nih anak gak pernah mau mendengar apapun alasanku jika dia sedang kesal atau bete padaku.
udah ah. Gak usah marah-marah. Kamu bawa apaan, Lusi ? tanyaku
Baju sama makanan.... jawabnya singat.
Waduh..., baik amat kamu, mau beliin aku baju sama makanan. Umm... ucapku sambil menyosorkan bibir hendak menciumnya.
Eits..! enak aja. Ini bukan kamu tau..! Lusi menahan kepalaku sambil menggoyang-goyangkan telunjuknya.
Terus buat siapa ?
Ih. Kamu pikir yang ada di kosan ini kamu seorang ? Ya jelas buat si cewek yang lagi kelelahan diatas ranjang kamar kamu..., ucapnya sambil memonyongkan mulutnya. Kamu pasti ngentot lagi ma dia kan ?
Hehehehe... iya, tapi putus gara-gara kamu teriak-teriak...
Sykurin. Kenapa sih ga mau nunggu aku ? bertiga itu lebih enak dari pada berdua tauuuu..
Hayyyoooo...., siapa takut ?
Segera ku seret Lusi masuk ke dalam kamar. Sambil menjerit kecil Lusi ikut juga melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar sesosok tubuh bugil sedang terlentang dengan vagina yang terpampang basah.
Kak Lusi ?
Yew..., kalian jahat. Mau enak berdua aja. Ishhh !
Kak Anton tuh, Kak. Ga sabaran...
Hehehehe... aku terkekeh. Udah. Ntar nyobain baju barunya sama nyicipin makanan yang dibawa Lusi. Sekarang kita nyobain sesuatu yang lebih enak lagi...
Ayo, Kak Lusi. Muni pengen lanjutin yang terputus tadi....
Lusi tertawa. Segera dibukanya pakaiannya dan langsung menindih tubuh Muni. Si gadis pedalaman itu pun segera menggerakkan badannya, berputar dan menindih Lusi.
Dan permainan itu kembali kami lanjutkan. Three some.
Muni. Dia memaksa pergi bersama dengan kami. Dan dia bersama Lusi selalu memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa padaku. Setiap malam, setiap ada waktu kami melakukan hubungan seks.
Kami akan kembali lusa. Dan setelah ini kita tak akan bertemu lagi.... suaraku agak terdengar serak saat mengucapkan kalimat itu pada kedua Muna dan Muni.
Ya. Dua hari lagi aku dan Lusa mesti kembali ke kota. Kembali menjalani hari-hari yang normal, sebagai komunitas masyarakat yang modern, bukan terbelakang seperti pemukiman ini. Yang terpenting adalah aku telah memberikan sedikit karya yang dapat digunakan oleh masyarakat suku ini.
Namun harus kuakui secara sukarela, bahwa pemukiman ini telah memberikan banyak hal padaku. Termasuk kenangan pada kehidupan kebebasan seksuil terkendali. Maksudku terkendali adalah sebebas-bebasnya mereka melakukan aktivitas seks, mesti taat pada aturan yang dititahkan oleh pemimpin mereka. Segalanya harus melalui suatu ritual. Ritual suci dalam pandangan mereka. Dan ini tak boleh disalahkan. Itu adalah budaya mereka, tradisi mereka yang sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun, bahkan mungkin beratus-ratus tahun yang lalu.
Di pemukiman ini aku telah mengalami banyak hal. Dan khusus semproters semua, aku sajikan hanya bagian yang mengandung erotis dan yang berhubungan dengan Trip yang aku lakukan. Hal-hal lain yang agak kurang menarik untuk dituliskan disini aku hilangkan.
Kembali ke pokok masalah dan pokok cerita.
Muna telah menerima bandul. Sebuah bandul telah melingkar dilehernya. Bandul emas.
Bandul yang aku ambil dari dalam peti di ruangan tempat para leluhur mereka bersemayam, kini telah menjadi miliknya. Hak miliknya seutuhnya, sesuai perintah dari sang penguasa darat dan langit, begitulah kata Tapulu.
Sebuah tanggung jawab kepemimpinan sesungguhnya sudah dipikul oleh Muna. Selayaknya beban itu mesti berbagi bersama suaminya, dan sesungguhnya itulah aku. Lelaki yang kata Tapulu telah diberi kepercayaan oleh leluhur untuk bersama Muna memimpin suku ini.
******
******
Hsssshhhhh.... yyaahhhhsss...hmmmm...., ayo terussshhh.... wheeennnnaakkk..
gila..., enak benarrr...., iissshhhh..
Masih enak ya, Kak....
Iya.... masih. Lebih enak malahhhh....
[/i]Plokkk....Plokkkk...Plokkkk ![/i]
Antooooon.... Antoooonn.... Buka pintunya. Aku nih...!
Suara Lusi terdengar nyaring memanggil-manggil sambil menggedor-gedor pintu dengan keras membuat aktivitas seks yang sedang aku lakukan terhenti. Hadeh ! bisa rusak tuh pintu kosan ini.
Sial benar ! aku kok selalu sendirian di kosan ini ? ga ada siapa-siapaaaaa...! pada keluar semua penghuni-penghuni kosan.
Dengan setengah kesal aku mencabut penisku yang sudah tertancap dengan sempurna mendekati finish. Setelah memakai celana pendek dan masih bertelanjang dada aku keluar kamar dan membuka pintu kosan. Lusi tampak berdiri dengan sebuah tas yang bermerek nama sebuah Super Market ditangannya. Wajah cemberutnya membuat aku tertawa. Dasar anak gadis urakan...!
Heh..! malah senyam senyum..! ada apa ? tanyanya sambil meninju dadaku dengan lembut.
Gak apa-apa. Yuk masuk...
Wew..., ga disuruh juga aku pasti akan masuk. Tadi aja Cuma karena pintunya kau kunci... katanya aga kesal Kenapa sih pintunya mesti ditutup terus ? gak mau diganggu ya....
Masih saja nih anak sensi. Bukan gitu, Non. Aku kan lagi di kamar....
Huh...! kamar mulu..! apa ga ada tempat lain di kosan ini selain kamar ?
Aku menggelengkan kepala, nih anak gak pernah mau mendengar apapun alasanku jika dia sedang kesal atau bete padaku.
udah ah. Gak usah marah-marah. Kamu bawa apaan, Lusi ? tanyaku
Baju sama makanan.... jawabnya singat.
Waduh..., baik amat kamu, mau beliin aku baju sama makanan. Umm... ucapku sambil menyosorkan bibir hendak menciumnya.
Eits..! enak aja. Ini bukan kamu tau..! Lusi menahan kepalaku sambil menggoyang-goyangkan telunjuknya.
Terus buat siapa ?
Ih. Kamu pikir yang ada di kosan ini kamu seorang ? Ya jelas buat si cewek yang lagi kelelahan diatas ranjang kamar kamu..., ucapnya sambil memonyongkan mulutnya. Kamu pasti ngentot lagi ma dia kan ?
Hehehehe... iya, tapi putus gara-gara kamu teriak-teriak...
Sykurin. Kenapa sih ga mau nunggu aku ? bertiga itu lebih enak dari pada berdua tauuuu..
Hayyyoooo...., siapa takut ?
Segera ku seret Lusi masuk ke dalam kamar. Sambil menjerit kecil Lusi ikut juga melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar sesosok tubuh bugil sedang terlentang dengan vagina yang terpampang basah.
Kak Lusi ?
Yew..., kalian jahat. Mau enak berdua aja. Ishhh !
Kak Anton tuh, Kak. Ga sabaran...
Hehehehe... aku terkekeh. Udah. Ntar nyobain baju barunya sama nyicipin makanan yang dibawa Lusi. Sekarang kita nyobain sesuatu yang lebih enak lagi...
Ayo, Kak Lusi. Muni pengen lanjutin yang terputus tadi....
Lusi tertawa. Segera dibukanya pakaiannya dan langsung menindih tubuh Muni. Si gadis pedalaman itu pun segera menggerakkan badannya, berputar dan menindih Lusi.
Dan permainan itu kembali kami lanjutkan. Three some.
Muni. Dia memaksa pergi bersama dengan kami. Dan dia bersama Lusi selalu memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa padaku. Setiap malam, setiap ada waktu kami melakukan hubungan seks.
TAMAT
0 Response to "Jamuan Seks Di Pedalaman Episode 14 TAMAT"
Post a Comment