Akhwat dan Syahwat Episode 10
Wednesday, September 5, 2018
1 Comment
Sembari melangkah menuju pintu, Nisa memperhatikan kanan kiri kamar Ridwan, dia tampak memikirkan sesuatu. Sedangkan Reza masih berdiri di depan pintu sembari tersenyum jahat. Nisa berniat mengambil tas ranselnya di ruang tengah. Namun, ketika mau keluar melalui pintu, dia dihadang oleh Reza.
“Ya udah, aku mau balik dulu ya Rez”, langkahnya terhenti di depan pintu
“Serius nih mau pulang Nis?” Goda Reza
“Apaan sih Rez. Aku ada kajian nih di masjid kampus”, Nisa mencoba menerobos Reza.
Reza menangkap tangan kanan Nisa, lalu segera mendorongnya masuk kamar Ridwan. Secepat kilat, Reza menutup pintu dan menguncinya. Nisa berusaha bangkit, badannya sakit karena dorongan Reza sangat keras. Reza menarik tubuh Nisa, namun Nisa kembali berontak dan berusaha melawan.
“Kamu mau ngapain sih Rez?”, Nisa masih berusaha berontak dari tarikan Reza.
“Ya ngentot lah Nis”, Reza menarik kencang tangan kanan Nisa hingga akhirnya Nisa terjerembab ke kasur Ridwan.
“Awas ya, aku bakalan teriak”, Ancam Nisa
“Teriak aja. Kamar ini tertutup rapat, suara kamu nggak akan kedengeran”, Reza mencoba membaringkan Nisa.
“TOL…..
PLAKKK…..
Reza menampar Nisa dengan sangat keras hingga membuat pipi kanan Nisa agak memerah.
“Awas kamu teriak. Aku tampar kamu lagi”, Anca Reza.
“Pliss Rez. Jangan perkosa aku. Aku ada Ridwan Rez”, Mohon Nisa
“Helleh, si Ridwan udah kebanyakan ngentotin kamu. Sekarang aku mau coba badan kamu”, Reza kini menggengga mulut Nisa.
“Awas emang kalau kamu tanyain si Ridwan. Kumatiin kamu Nis”, Reza sudah kalap lalu membanting tubuh Nisa ke kasur.
“Apa salahku Re?”, Nisa mulai menitikkan air matanya
“Salah kamu? Kamu kalau ngentot ama Ridwan suaranya dipelanin ******. Tetangga sebelah jadi sange”, Kini Reza mencoba membuka khimar Nisa, Namun masih sulit membuka karena ukurannya yang besar dan ditahan tangan Nisa.
“Tolong jangan perkosa aku Rez. Oke deh, aku sepongin kontol kamu. Asal jangan perkosa aku”, Nisa mengiba
“Ahh..Aku mau memek sama toket kamu, bukan mulut”, kali ini Reza dan Nisa masih Tarik tarikan khimar Nisa.
“Tolong Rez. Memekku Cuma milik Rid……”
Ketika Tarik tarikan, Reza segera melepas pegangannya sehingga menyebabkan Nisa tersungkur. Dengan sigap, Reza menindih tubuh Nisa yang jatuh telentang di kasur Ridwan.
“Kena kamu”, Reza tertawa sembari mencari barang untuk menutup mulut Nisa.
“Hmmmmffffpppphhhhh”, tanan Nisa ditepis dengan mudah saat Reza berusaha menutup mulut Nisa dengan kain lap laboratorium yang tercecer dekat kasur Ridwan.
“Nah, sekarang kamu tidak bisa ngoceh”,
PLAKKK….
Reza kembali menampar Nisa yang membuat Nisa sempat tuli sejenak. Ketika Nisa mengumpulkan kembali tenaganya untuk melawan, Reza sudah sigap mengikat tangan Nisa dengan sebuah tali pinggang.
“Nah, sempurna. Mulut udah disumpal. Tangan udah diiket. Sisa dirangsang nih badan”, Ujar Reza sembari melihat tubuh Nisa.
“Demikian pertemuan kita hari ini, semoga bermanfaat bagi kita semua”, Ridwan menutup kajian pelatihan dakwah akhwat malam itu.
“Terima kasih kak”, UCap beberapa akhwat sembari pergi meninggalkan ruangan.
Ridwan juga membereskan barangnya dan segera kembali menuju tempat yang telah disiapkan panitia. Sejak tadi, dia mencari Annisa, namun ia tak melihat pacar tercintanya tersebut. Mungkin dia sedang ada urusan lain, demikian pikiran RIdwan. Lalu dia merogoh sakunya dan mengambil handphonenya, menchat seseorang. Kemudian, dia melangkah menuju ruangannya, mengganti pakaiannya dan menunggu seeorang di kamarnya.
TOK….TOKK..TOK.
Tidak berapa lama, Ridwan membuka pintu kamarnya. Ia melihat seorang gadis dengan khimar berwarna biru muda dan baju kurung warna biru gelap. Dia tertunduk sembari tersenyum tersipu. Ridwan mempersilakan akhwat tersebut masuk ke dalam kamarnya, sembari dia tersenyum penuh kebejatan.
“Ahhh……Ahh….Ahh…..Sialan, padahal udah sering ngentot, tapi memek kamu tetep sempit ya Nis”, Reza terlihat begitu menikmati pompaannya ke tubuh Nisa.
“Hmmmmffffffhhh……Hmfffffhhh…”, Nisa tak bisa mengeluarkan sepatah kataapapun, mulutnya masih disumpal kain lap laboratorium.
“Apa? Dicepetin? Oke deh sayang”, Ujar Reza seakan mengerti apa yang dikatakan Nisa. Reza mempercepat genjotannya, sedangkan Nisa hanya bisa mendongakkan kepalanya dengan dada yang kembang kempis dan nafas yang saling memburu. Seketika, badan Nisa mengejang, lalu badannya membusung, air cintanya kembali menyemprot kontol Reza yang masih perkasa menusuk memeknya. Sedangkan Reza menikmati jepitan memek Nisa yang mengedut – ngedut dan mencengkeram erat kontolnya. Yakin jika Nisa sudah tidak punya kekuatan lagi, Reza melepaskan ikatan tangannya dan membuka sumpal mulut Nisa.
Nisa memandang sayu, nafasnya masih terengah engah, dia masih kesulitan mengatur nafasnya. Tangannya dipenuhi keringat. Tiba – tiba, badannya dibalik oleh Reza sehingga kini Nisa menungging dengan pantat yang membusung menghadap Reza. Reza tersenyum kemudian mencari lubang kenikmatan Nisa, membukanya dengan jari dan langsung menusukkan kontolnya ke dalam memek Nisa yang sudah sangat lemah.
“Ahhhhhfffhhhhh....”Lenguh Nisa yang segera ia tahan dengan menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan yang menjalar di sekujur tubuhnya. Nisa tidak bisa menahan gejolak dari dalam dirinya, karena doggy style merupakan gaya kesukaan Nisa jika sedang bersenggama dengan Ridwan. Tidak sanggup menahan gejolak, pertahanan terakhir Nisa akhirnya jebol juga.
“Ahhh……Ahhhh….Ahhhhh, cepetin dikit Rez”, Reza tersenyum penuh kemenangan.
Ridwan begitu menikmati sepongan dari seorang akhwat yang kini hanya memakai khimar biru mudanya. Semuanya telah ia lepaskan begitu diperintahkan oleh Ridwan. Ridwan hanya bisa menengadahkan kepalanya ke langit – langit menikmati sepongan demi sepongan si akhwat binal.
“Ahhh…..Sepongan kamu tambah mantap Lala. Terusin La”, Ridwan mengusap kepala Lala
“Srrrrppppphhhh….Sssrrrpppphhh”, Lala tak bisa menjawab, karena mulutnya masih disesaki kontol Ridwan. Sedangkan kepalanya masih maju mundur menikmati kontol Ridwan yang sudah berdiri dengan sangat tegang.
Sedangkan itu, dada Lala sudah dipenuhi cupangan cupangan Ridwan, memek dan toketnya mengkilat setelah dijilati oleh kak Ridwan. Tidak berapa lama, tubuh kak Ridwan bergetar hebat dan memuntahkan seluruh lahar panasnya ke dalam mulut Lala yang kaget mendapat siraman peju dengan derasnya. Lala menelan semua peju yang dimuntahkan RIdwan, hingga ia menjilat seluruh peju yang masih tersisa di kontol RIdwan.
Ridwan mencium Lala, lalu berusaha membaringkannya. Lala menerima perlakuan manja kak Ridwan dengan senyuman tersipu. Kemudian, terpampanglah payudara indah selama ini disembunyikan Lala di balik baju kurung dan khimarnya yang berukuran 34B.
“Ahhhh…..Sakit kak”, Desah Lala saat RIdwan mencubit pentilnya gemas
“Toket kamu ngegemesin sih La. Kakak suka”,
“Kalau nggak suka, mana mungkin tadi dikenyot sampai basah semua dada Lala. Liat nih”, tunjuk Lala ke dadanya yang penuh bekas cupangan.
“Hehe. Bisa aja kamu La. Kakak masukin ya?”, Tanya Ridwan sembari membuka memek Lala dengan kedua jari dan bersiap memasukkan kontolnya.
“Pelan – pelan kak”, ucap Lala sembari mencoba menahan sakit.
Secara perlahan namun pasti, Ridwan memasukkan kontolnya tanpa ada hambatan apapun. Hal ini membuat Ridwan sedikti heran. Namun, ia tidak ambil pusing dan segera menancapkan kontolnya secara keseluruhan. Merasa ada sesuatu yang aneh, Ridwan angkat bicara
“Lala, kamu udah nggak perawan ya?”, Tanya Ridwan setelah sadar jika tidak ada selaput dara yang diterobosnya saat kontolnya masuk ke memek Lala.
“Eh..Anu kak. Aku….Nggg……Nggak tahu kak”, Jawab Lala terbata – bata
PLAKKKK……
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Lala, membuatnya menitikkan air matanya.
“Dasar lonte. Aku kan sudah pesan sama Nisa, kalau aku maunya yang perawan. Kenapa yang dia kasih malah lonte begini”, Ridwan sedikit kesal setelah tahu bahwa Lala yang dikiranya tidak tersentuh ternyata tidak suci lagi.
Lala menitikkan air matanya, memegang pipi kirinya sembari menahan tangisnya.
“Siapa yang ngentotin kamu lonte?”, Lala menggeleng
“Apa maksudnya lonte? Malu tuh sama khimar kamu. Mending pakai hot pants aja sono di pinggir jalan nawarin diri ke o mom”, Ridwan tidak berhenti mencaci maki Lala. Sedangkan Lala bersikukuh tidak ingin memberitahukan siapa yang telah memerawaninya.
“Ahhh…Nanti kumarahi juga Nisa itu. Masa nggak bisa bedain mana akhwat mana lonte sih. Ya sudah kalau begitu, mumpung udah ada memek, aku hajar aja dulu”, Ridwan sudah mulai tenang lagi. Kemudian dia memompa kontolnya secara berkala ke memek Lala.
Sedangkan Lala yang masih menangis sepertinya mulai teralihkan perhatiannya oleh tusukan demi tusukan kontol Ridwan yang membelah memeknya.
“Ahhh….Ahhhh……Ahhhhh…..Terus kak”, kini, tangisan Lala telah berubah menjadi desahan kenikmatan
“Ahhhhh…..Ahhhhhh…..Ahhhhh…..Rezzzz….Aku mau keluar Rez”, Desah Nisa yang wajahnya dipenuhi keringat. Kini, ia sudah tidak memakai selembar pakaianmu. Semuanya telah dilucuti oleh Reza yang lebih menyukai menyetubuhi wanita yang benar – benar telanjang. Melihat Nisa yang menngadahkan wajahnya ke atas, Reza segera memeluk tubuh Nisa, dan mencium serta menjilati leher jenjang Nisa yang dipenuhi keringat. Perlakuan Reza tersebut berhasil membuat efek kenikmatan yang menjalar ke sekujur tubuh Nisa menjadi berkali kali lipat. Tubuh Nisa bergetar hebat, kemudian memek Nisa menyemprotkan cairan cintanya dengan sangat deras. Ini sudah 4 kali Nisa mencapai klimaks kenikmatannya. Sedangkan Reza belum mencapai klimaksnya.
“Bentar Rez. Aku capek”, Ucap Nisa sembari menenangkan diri dan memperbaiki nafasnya yang terengah engah. Reza kemudian berdiri sembari memegang kontolnya, lalu mengambil air dari dispenser yang ada di kamar Ridwan.
“Nih, minum dulu Nis. Pasti capek 4 kali keluar”, Nisa menerimanya dan segera tandas. Reza memberikan lagi, tandas lagi. Nisa merasa dimanjakan dengan perlakuan Reza kepadanya.
“Udah siap? Aku belum nyampe nih”, Tanya Reza sembari membelai lembut rambut berombak Nisa. Nisa mengangguk, tanda ia siap melanjutkan pertempuran mereka.
Kini Nisa berada di atas Reza yang sedang duduk. Menurut Reza, dia ingin melihat bagaimana goyangan nenen 36D milik Nisa jika dalam posisi woman on top. Nisa kemudia menggerai rambutnya ke belakang dan memastikan kontol Reza sudah berada pada posisinya. Nisa memegang pundak Reza, sedangkan Reza memegang pinggul Nisa. Nisa secara perlahan mulai melakukan gerakan naik turun.
“Plok….Plok….Plok….”, demikian bunyi kontol Reza dan memek Nisa yang saling beradu mencari kenikmatan. Reza memperhatikan dengan seksama loncatan demi loncatan toket kebanggan Nisa. Begitu kenyal, begitu sekal, dan begitu besar. Sedangkan Nisa menggigit bibir bawahnya dan mencoba menahan dirinya untuk tidak keluar lebih cepat seperti sebelumnya.
“Ahhhh…Ahhhh….Ahhh….rezaaaa”, Desah Nisa yang tak bisa ditahan di mulutnya.
“Yaaa…Terus, terus Nisa. Ahhh….Kamu cantik sekali kalau sedang berpose begini”, Nisa tersenyum ketika dipuji Reza
“Uuuhhhh…Toket yang sangat menggoda”, Ujar Reza sembari mencium toket Nisa. Sekali lagi Nisa tersipu menerima pujian sembari tetap menggenjot badannya naik turun.
Ridwan mempercepat genjotannya. Sedangkan Lala sudah kehabisan tenaga, tenaga yang ia miliki hanya cukup mempertahankan kesadarannya. Khimarnya sudah berantakan bercampur bau keringatnya yang membanjiri badannya. Mulutnya mendesah kecil. Badannya hanya sanggup mengikuti tusukan demi tusukan yang dilakukan oleh Ridwan. Sejak awal pergumulannya, Lala sudah 5 kali mencapai puncak kenikmatannya, sehingga wajar saja jika ia sudahs angat kelelahan. Berbeda halnya dengan Ridwan yang baru mengeluarkan sekali lahar panasnya. Ditambah dengan tingginya pengalamannya menikmati pertempuran bersama Nisa yang tanpa sepengetahuan Ridwan sedang menikmati kontol orang lain.
“Tahan ya sayang. Aku udah mau sampai”, Ucap Ridwan kepada Lala yang sudah tidak memberikan respon lagi.
Ridwan mempercepat genjotannya ke tubuh Lala yang sudah sangat kelelahan. Terlihat dada Lala yang kembang kempis hanya untuk sekadar memenuhi rongga paru – parunya dengan oksigen yang ia butuhkan untuk mempertahankan kesadarannya.
Crooottt….Crottttt……Crrrottttt.
“Ahhhh…memek yang sangat legit”, Ridwan memuntahkan seluruh pejunya ke dalam rahim Lala. Sedangkan Lala, sudah tidak memberikan respon lagi, dia sudah benar benar kelelahan ketika Ridwan memasuki kamar mandi untuk mandi wajib, karena pukul 5 nanti, ia akan memimpin shalat shubuh untuk para akhwat peserta pelatihan. Sedangkan Lala, sudah dipastikan ia tak menunaikan kewajiban shubuhnya tersebut karena sangat kelelahan menikmati hujaman kontol Ridwan. Dibandingkan Dandi, permainan Ridwan jauh lebih kasar. Hal ini didasarkan pada kebiasaan Dandi untuk memperlambat atau menghentikan genjotannya saat Lala sedang terengah – engah. Sedangkan Ridwan terus saja menggenjot dengan cepat tanpa peduli bahwa Lala sedikit kesulitan mengimbangi permainannya.
Selesai mandi, Ridwan kemudian tidur dalam kondisi telanjang di samping tubuh Lala yang masih ditutupi khimar biru mudanya yang sudah sangat dibanjiri keringat.
“Ahhh….tahan ya Nis. Kita keluarin sama – sama”, Reza mempercepat genjotannya dan menghentikan rangsangannya ke leher Nisa untuk memperlambat sampainya Nisa pada titik puncak kenikmatan. Nisa yang sudah terengah – engah hanya bisa mendesah pelan sembari menengadahkan wajahnya ke langit – langit. Karena sangat kelelahan, Nisa yang tadinya ada di atas Reza terpaksa diposisikan kembali ke bawah.
“Ahhhhh…..Aku nyampe Nis. Rasakan tembakan pejuku”, Ujar Reza sembari menumpahkan air maninya di atas perut Annisa yang masih terbaring kelelahan.
“Ahhhhhhh…..Enak Rez”, Ujar Nisa yang telah mencapai titik puncak kenikmatan ke-5 nya malam itu.
Reza kemudian menindih tubuh Nisa, mencium pipi Nisa lalu berbaring ke samping Nisa. Nisa pun memposisikan diri menghadap ke Reza.
“Makasih ya Nis. Memek kamu nikmat amat. Kamu juga mainnya pro banget”, Puji Reza sembari memperbaiki rambut Nisa.
“Sama – sama. Ingat ya, kamu janji nggak bilang apa – apa ke Ridwan kalau aku nikmatin ngentot sama kamu”, Ucap Nisa pelan semabri menunjuk Reza yang tertawa.
“Iya deh. Aku janji kok Nisa”, Angguk Reza kepada
“Btw, kamu mainnya enak ya. Nggak sekasar Ridwan”, Puji Nisa
“Serius? Hehe. Maklum, udah lama nggak ngentot sih. Lagian juga mantanku kemarin orangnya gampang capek kalau dientot. Jadi kebiasaan deh”,
“Pantesan aku langsung jadi korban kamu”, Nisa lalu tertawa kecil
“Hehe. Iya nih. Nggak pernah dapet memek. Tapi enak kan Nis?”, Reza melihat mata Nisa yang sayu
“Hehe. Iya Rez”, Nisa mengakuinya meski awalnya dia menolak untuk dinikmati tubuhnya
“Jadi? Lain kali mau nggak?”, Tanya Reza mencoba mencari celah
“Enak aja kamu. Entar Ridwan nggak dapet jatahnya”, Nisa mencubit pipi Reza lalu bangkit dengan perlahan dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya
TING…..TING….
Dandi tidak merepon chat tersebut, maklum, sekarang sudah jam 1 malam. Sedangkan besoknya Dandi punya kuliah jam 8.
Kumpulan video bokep terlengkap di seluruh dunia berbagai macam kategori yang pasti bikin kalian lupa waktu
ReplyDeletehttps://bit.ly/3Eq9Djr