I Love You Season 2 Episode 3
Tuesday, June 12, 2018
Add Comment
"Ya deh, ya deh, nyerah. Tapi heran aja siapa sih si Mustafa ini?"
"Dia ini dulu temanku ama teman Arci di SMA. Hanya saja dasar si Arci kurang gaul mungkin nggak begitu kenal dengan Mustafa. Yah, baru tahu saja kalau dia ternyata punya usaha yang besar. Mustafa ini pemilik meubel dan produknya sudah masuk pasaran ekspor. Dia juga punya saham di PT Evolus, tapi tak begitu besar. Jangan remehkan dia lho. Dia ini termasuk keturunan Habib."
"Oh ya? Apa itu habib?"
Rio hanya manggut-manggut. Dia sibuk menghindari beberapa mobil yang menghalangi jalannya.
"Kamu sendiri kenapa koq ikut pamanmu kerja ama Arci, kamu tahu sendiri bosmu itu seperti apa."
"Dia pamanku satu-satunya. Aku tak punya alasan untuk menolaknya. Tante sendiri? Kenapa mau bekerja kepada bosku? Tante sendiri tahu bagaimana bosku."
"Yee, malah dibalik."
"Tapi bener kan tan? Tante sendiri kenapa malah bekerja ama bosku?"
Bianca tersenyum, "Karena....bosmu melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain."
"Hah? Maksudnya?"
"Ada sesuau di masa lalu yang membuatku sangat berhutang budi kepadanya. Maka dari itulah aku bekerja kepadanya. Aku sangat percaya kepada Arci, aku sangat percaya kepadanya. Bahkan kalau saja ia tak menolongku saat itu, aku tak akan ada di sini."
"wah, jangan-jangan tante suka ama bosku?"
"Hahahaha, nggaklah. Dulu memang ada sedikit rasa suka. Tapi setelah itu nggak. Kamu sendiri kapan punya pacar Ryuji? Padahal kamu itu ganteng seperti seorang model."
"Ganteng? Model? Dari mana tan?"
"Dibilangin nggak percaya."
"Aku sih biasa aja nggak nganggap diri seperti itu."
"Habis ini bisa mampir dulu di Hotel Atria?"
"Heh? Ngapain di sana?"
"Just do it!"
oOo ​
"Wahhh, ini vilanya?" tanya Diva.
"Iya, suka?" tanya Miller.
"Bangeeettt!" ujar Diva senang.
"Di dalam sudah ada Mustafa," kata Miller.
Diva dan Miller pun kemudian masuk ke dalam vila. Di dalam vila sudah ada seseorang dengan wajah arab. Mustafa sedang duduk di sofa memainkan ponselnya ketika mereka berdua masuk. Melihat Diva dan Miller masuk dia langsung menyambut keduanya.
"Masuk, masuk, selamat datang!" kata Mustafa.
"Hai Om?!" sapa Diva. Diva menjabat tangan Mustafa. Mustafa langsung tertarik dengan Diva. Ya, dia cantik, bajunya juga seksi. Bahkan tak pernah terbesit bahwa dia adalah seorang WP.
"Pakai saja kamar di atas!" ujar Mustafa.
"OK Om."
Diva segera menaiki anak tangga untuk pergi ke atas. Miller dan Mustafa melihat pantat Diva yang bergerak kiri dan kanan.
"Gile bener, emang ajib ini cewek," ujar Mustafa.
"Aku setuju," angguk Miller.
"Jadi untuk sementara bagaimana rencanamu?"
"Rencanaku, tetap seperti semula. Kamu harus tahu siapa saja orang-orang terdekat Arci, setelah itu habisi satu persatu. Like the old times."
"Tapi bukannya itu nanti terlalu mencolok, kita akan ketahuan nanti."
"Tenang aja, kartu yang akan kita mainkan sudah ada tinggal kita gerakkan saja."
"Maksudnya?"
"Kamu bakal mengerti nanti apa yang aku maksudkan."
"Oh baiklah. Asalkan itu bisa memuluskan rencana kita untuk menguasai kota ini. Semuanya akan aku terima."
Sementara itu Diva menguping pembicaraan mereka. Diva tak begitu mengerti tapi dia sangat iseng, ya iseng untuk merekam pembicaraan mereka. Dan ia memang berniat seperti itu. Segala hal yang ia lakukan di villa itu akan dia rekam. Ia memang punya kebiasaan buruk untuk merekam segala hal yang ia lakukan, hanya saja kebiasaannya ini akan berakibat buruk.
oOo ​
Mustafa mencium Diva. Mereka melakukan french kiss. Diva hanya memakai bra dan lingerie. Sementara itu Miller masih meneguk botol birnya yang tersisa. Suasana kamar mereka makin panas ketika suara kecipakan bibir beradu. Lidah kedua insan lawan jenis ini menari-nari saling menghisap mencari kenikmatan pembakar birahi. Mustafa meraba-raba tubuh Diva, terutama pantatnya. Kolornya sudah tak mampu lagi menahan batang perkasa miliknya. Mustafa pun mulai mengarahkan kedua tangannya ke dua bongkahan bukit kembar yang empuk dan kenyal.
Diva didorong hingga rebah di atas ranjang. Mustafa mulai menyapukan bibirnya ke leher Diva yang jenjang, kemudian ke bawah. Wajah Mustafa dibenamkan di tengah jepitan buah dada Diva. Mustafa menghirup harumnya bau sabun yang tadi dipakai Diva ketika mandi. Sebuah cuilan kecil membuat penutup bra-nya lepas. Seolah-olah seperti terpenjara selamanya, dua buah bukit kembar itu langsung melompat keluar. Mustafa dengan rakus menghisap kedua puting Diva kiri dan kanan. Diva pun mulai terbakar birahinya.
Sebagai seorang WP yang profesional, sudah sepantasnya bagi dirinya untuk memberikan kepuasan bagi pelanggannya. Maka dari itulah ia sangat menjaga diri agar pelanggannya puas terhadap service yang diberikannya. Mustafa terus memperlakukan buah dada Diva dengan penuh nafsu. Bibir Mustafa terus meluncur ke bawah, menikmati perut dan pusar Diva. Kemudian sampai dia di sebuah lingerie berwarna abu-abu, dengan sebuah tarikan kasar terlepaslah lingerie itu menampakkan isinya, sebuah tempat privat yang bersih tercukur rapi.
Tanpa banyak cingcong Mustafa dengan lahap mulai mengunyah belahan daging berwarna kemerahan yang ada di hadapannya.
"Aaaahhkkk!" Diva menggelinjang ketika bibir dengan kumis timis Mustafa melahap klitorisnya. Dia membuka lebar-lebar pahanya mempersilakan Mustafa untuk menikmati surga dunia yang tersaji di hadapannya.
Sementara itu Miller mulai terangsang. Ia sudah melepaskan seluruh pakaiannya dan mengocok kemaluannya yang mulai menegang seperti buah terong. Dia menghampiri Diva dan menyerahkan kepala penisnya ke mulut Diva. Diva pun tanggap, ia tahu ini adalah permainan tiga orang, maka dia langsung memasukkan penis Miller yang cukup besar itu mulutnya. Segera mulut vakumnya menyedot-nyedot penis monster itu dengan lahap, membuat mata Miller memutih. Pinggul Miller sampai maju mundur menikmati sedotan profesional sang WP, tangannya pun mulai mengelus-elus kepala Diva dengan lembut.
Mustafa terus memberikan rangsangan kepada Diva. Sampai kedua kaki Diva menegang dan mengapit kepalanya. Penis Miller pun terlepas dari mulutnya.
"Aooohhhh! Uuuuhhhhfff! Terus om..... aku nyampe om! AAAAAAHHHKK!" tubuh Diva melengking menyemburkan cairan kewanitaannya yang langsung disedot hingga habis oleh Mustafa.
Seolah tak diberikan waktu istirahat Miller pun kembali menjejali mulut Diva dengan penisnya. Mustafa melepaskan kolor yang ia pakai. Penisnya juga sudah menegang. Diarahkannya penis itu ke mulut Diva. Diva pun menservis dua penis di depan mulutnya. Dia menjilat kiri kanan sambil mengocok keduanya. Miller pun mulai mengerjai Diva dengan memasukkan jarinya ke liang senggama Diva. Kembali Diva terangsang dengan ulah jari Miller.
"OK, aku dulu ya?" tanya Mustafa
"OK!" Miller setuju.
Diva kemudian disuruh untuk menungging. Mustafa berada di belakangnya. Sedangkan di depannya ada Miller dengan senjatanya yang sudah menegang. Mustafa pun memegang penisnya dan mengarahkannya ke liang senggama sang WP. Perlahan-lahan liang senggama itu dimasuki dan separuh penis Mustafa telah masuk di dalam rongga kemaluan Diva.
Diva melenguh, tapi karena mulutnya penuh dengan penis Miller ia hanya seperti bergumam saja. Mustafa mulai memaju mundurkan batangnya di dalam kemaluan Diva. Cairan pelumas mulai membanjiri kemaluan Diva. Sudah banyak penis yang masuk ke dalam liang senggamanya. Dan dia cukup puas karena sekarang penis yang masuk cukup bisa memenuhi liang senggamanya.
"Sempit... uuffhhh... kau luar biasa, pantas hargamu mahal," ujar Mustafa.
"Ayo cepat, gantian sobat!" ujar Miller.
"Bodo amat, aku masih belum puas koq."
Mustafa meremas-remas buah dada Diva dan pinggulnya mengebor pantat sang WP. Diva melenguh dengan mulut tersumpal penuh batang penis milik Miller. Diva diserang depan dan belakang. Miller menyudahi permainannya dan membiarkan si Mustafa menikmati tubuh Diva dulu. Diva meremas sprei tempat tidur sambil wajahnya menampakkan kenikmatan. Ia meringis.
"Penuh banget.... uuuhhhhfff.... ahhhkkk! Kontolmu penuh banget Om!"
"Iya dong!"
Mustafa kemudian menarik tubuh Diva hingga Diva berlutut dengan pantat sedikit terangkat tapi masih disodok oleh Mustafa. Kedua tangannya ditahan oleh Mustafa agar si WP ini tidak jatuh. Lehernya menjadi sasaran Mustafa. Buah dada Diva mengangguk-angguk naik turun membuat pemandangannya sangat erotis. Kemudian Mustafa menekan kuat-kuat penisnya hingga menyentuh rahim Diva. Dia tersentak, lalu ambruk lemas di atas ranjang. Mustafa membalikkan tubuh Diva hingga telentang, tapi pinggangnya dimiringkan sehingga Diva seolah-olah tidur miring tapi badannya telentang.
Mustafa tersenyum kepada Diva yang merasa lemas karena perlakuannya barusan. Dengan posisi masih berlutut, Mustafa lalu memasukkan penisnya ke memek sang WP. Diva kembali tersentak ketika benda asing itu kembali menyodoknya. Diva meremas sprei tempat tidur sepertinya ia akan kembali dibor dengan kecepatan penuh. Dan benar saja, Mustafa kembali mengebornya.
Kali ini rasanya Mustafa akan orgasme, kepala penisnya berkedut-kedut. Rasanya sudah mentok ingin keluar. Dia meremas-remas buah dada Diva hingga gerakannya makin cepat. Kedua bukit kembar itu naik turun, sebuah pemandangan erotis, di mana Diva dengan wajah cantiknya memejamkan mata menggigit bibir bawahnya.
"Ahhhh..... omm..... nyampe lagi omm....Auuuuhhhffff!" jerit Diva.
"Wah, wah, jangan lemes dulu. Masih ada temenku tuh!" kata Mustafa.
"Aduuhh...oomm.... pasrah deh....ahhh...ahhh...enak ommm.... AAAHHHKK!" Diva mengerang dengan gemetar. Cairannya pun membasahi batang kemaluan Mustafa. Mustafa menghentikan aktifitasnya sejenak membiarkan Diva selesai menikmati orgasmenya.
"Aku hampir sampai," ujar Mustafa. Dia melebarkan kedua kaki Diva kemudian ditindihnya tubuh seksi Diva sambil dipeluknya erat. Bibirnya pun mulai menjelajah mulut Diva. Keduanya melakukan French Kiss. Penis Mustafa perlahan-lahan masuk lagi. Kini dengan bernafsu Mustafa menggenjot Diva.
"Ahh... Ahh... Ahh... Ahh... Ahh... Ahh... Ahh... Ahh... Ahh... Ahh...!" Diva menjerit-jerit sambil memeluk erat Mustafa.
"Aahh.... peret, perek! Ahhh.... aku keluar.... SHIIT! J****C********KKKK!" Mustafa menekan sedalam-dalamnya. Spermanya muncrat berkali-kali di dalam rahim Diva. Diva pun orgasme lagi untuk ketiga kalinya. Rahimnya disiram sperma hangat Mustafa. Ia tak khawatir karena ia sudah ada persiapan untuk tidak hamil dari hubungan hari ini.
"Ahh...hasshh... haiisshh... hhaasshh! Enak Om, mantab....!" ujar Diva.
"Hei, ingat aku belum lho!" ujar Miller.
Mustafa mencabut penisnya dan menyingkir. Spermanya meleleh dari lubang kemaluan Diva. Diva tersenyum kepada Miller.
"Ayo deh Om, berapa ronde pun aku ladenin!" ujar Diva.
"Bener kata orang, kamu memang luar biasa," ujar Miller.
oOo ​
Diva lemas setelah pertempuran dengan Mustafa dan Miller. Dia digarap berkali-kali oleh mereka berdua. Terlebih dengan Miller, dia digarap sekalipun dalam keadaan tidur. Tidak. Lebih tepatnya pingsan. Miller tetap memasang penisnya di liang senggama Diva, seolah-olah tak ingin wanita ini lepas begitu saja. Dia digendong kemana saja, waktu makan, nonton tv dengan penis terus menancap. Hari berikutnya giliran Mustafa yang melakukan hal yang serupa. Entah berapa kali mereka bercinta dan bercinta hingga ngilu.
Pada hari ketiga Mustafa dan Miller sudah lelah. Mereka tidur di ranjang, satunya di sofa. Mustafa terakhir kali menggarap Diva. Hari masih tengah malam saat itu. Alarm ponsel Diva berbunyi. Segera ia mengangkatnya. Sebuah reminder yang membuatnya sedikit terlupa.
"Happy Birthday" itulah yang tertulis di layar ponselnya.
"Celaka! Aku lupa!" serunya.
Segera Diva pergi ke kamar mandi. Walaupun tengah malam tetap ia harus mandi. Ia tak mau bertemu dengan orang yang sangat spesial bagi dirinya dalam keadaan seperti itu. Dia mandi, sampai bersih dengan sebuah heater yang terpasang di kamar mandi. Air hangat itu seolah-olah mengembalikan seluruh tenaganya yang sudah terbuang.
Mendengar Diva bangun dan langsung mandi membuat Mustafa terbangun. Ia melihat jam dinding. Masih malam. Tak lama kemudian Diva keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk. Ia mengeringkan rambutnya.
"Lho, bukannya kita seminggu di sini?" tanya Mustafa.
"Waduh Om, maaf ya. Hari ini ada ulang tahun adikku. Aku lupa sama sekali. Aku balikin deh uangnya separuh. Maaf ya Om, ini penting soalnya," jawab Diva.
"Oh, kalau itu alasannya sih nggak apa-apa. Tunggu aku kalau begitu ya, aku antar," kata Mustafa.
"Wah, beneran nih om? Nggak apa-apa?" tanya Diva lagi.
"Iya, nggak apa-apa. Biar Miller nanti aku kasih tahu."
Mustafa pun kemudian gantian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
oOo ​
"Emangnya ngapain kita ke hotel?" tanya Ryuji.
Bianca tak menjawab. Agaknya dia tak mungkin lagi menyembunyikan maksud dari dirinya pergi ke hotel ini. Segera setelah memesan kamar dia pergi ke kamar yang dimaksud. Ryuji hanya ikut saja tanpa banyak tanya. Bianca menaruh seluruh berkas-berkasnya di meja kamar.
"Ada hal penting yang harus aku lakukan hari ini," ujar Bianca.
"Apaan?" tanya Ryuji.
Belum sempat Ryuji bertanya lagi, Bianca sudah memeluknya dan menciumi bibir Ryuji. Ryuji pun gelagapan. Tidak, ini terlalu cepat. Ryuji mencoba mendorong Bianca.
"Tante, ini nggak boleh!" kata Ryuji.
"Sudahlah, tante sudah kepengen ini sejak lama," kata Bianca.
"Tapi, nanti suami tante gimana?"
"Fuck you! Kita sedang ingin indehoy dan kamu malah ngingetin aku. Persetan. Sudahlah!" Bianca melepaskan blazernya, kemudian satu persatu kancing kemejanya dilepas dan dilempar begitu saja kemejanya. Sebuah bra berwarna coklat menahan dua buah payudara sekal, padat, kencang dan bulat sempurna.
Ryuji sedikit pusing, tapi lelaki manapun melihat kemulusan kulit Bianca pasti ingin merasakan lebih. Dan benar saja ia langsung membenamkan wajahnya dijepitan toket biadab Bianca. Mereka berdua pun akhirnya terlibat sebuah hubungan singkat dan cepat.
Ryuji dan Bianca dalam hitungan kurang dari satu menit sudah telanjang. Dengan pose yang erotis, pemuda ini duduk di pinggir ranjang sambil batang kemaluannya diservis oleh Bianca dengan mulut mautnya. Ryuji yang baru pertama kali bercinta tentu saja amatir, belum sempat apa-apa dia sudah keluar.
"Aaaarrgghhh! Tante...uuuhhhhh!" teriak Ryuji.
"Kamu?? Masih perjaka ya? Diginiin aja langsung keluar?" tanya Bianca.
Ryuji mengangguk. Ia lemas sekali apalagi ketika spermanya yang keluar dijilati sampai bersih oleh Bianca. Wanita ini menghabiskan seluruh sperma Ryuji yang meleleh di pipi dan mulutnya. Tapi karena perjaka, penis Ryuji masih sedikit menegang walaupun tidak penuh.
Bianca berinisiatif untuk naik ke pangkuan Ryuji. Ryuji sepertinya lebih tertarik dengan buah dada Bianca, hingga akhirnya Bianca membiarkan pemuda ini mengenyoti puting susunya. Seolah baru saja mendapatkan tenaga lebih, Ryuji sekarang menjadi raja yang berkuasa. Dia sekarang membelai rambut Bianca. Kedua mata mereka bertemu.
"Tante, kenapa melakukan ini?"
Bianca tersenyum kepadanya. "Kau kira kenapa?"
"Aku tak tahu, mungkin setelah ini hubungan kita akan berubah. Aku sayang kamu tante."
"Aku juga Ryuji"
Keduanya berpagutan. Lumatan demi lumatan kemudian menghantarkan mereka kepada sebuah hubungan intim yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Ryuji memasangka batang pionnya ke liang senggama Bianca. Ia meleset, berkali-kali. Bianca faham, Ryuji belum pernah. Bianca mengangkat pantatnya sedikit, memposisikan agar kepala pion itu pas, kemudian dalam satu gerakan.
SLLEEEBB! Masuklah batang itu meluncur dengan licinnya ke dalam rongga berlendir.
"Ohh.... tante Bianca,.... gini ya rasanya ngentot?" rancau Ryuji.
"Hhhhmmmhh... aahh... Ryuji....ohhh!"
Bianca pun mulai menari-nari di atas paha Ryuji. Ia bergerak naik turun. Ryuji hanya bisa memeluk wanita yang dihormatinya itu. Kemaluan Bianca serasa diaduk-aduk, mereka kembali berpagutan. Baru kali ini Ryuji merasakan kulit beradu kulit, kehangatan langsung menggelora di tubuh mereka, menghantarkan mereka kepada kenikmatan dunia yang belum pernah dirasakan oleh Ryuji sebelumnya.
Ryuji kemudian memutar tubuhnya, sehingga Bianca kini berada di atas ranjang. Mengerti Ryuji ingin berkuasa atas tubuhnya, ia pun berbaring, kedua kakinya mengapit pinggul Ryuji. Pemuda ini pun segera melakukan tugasnya, menggenjot tubuh Bianca yang sudah pasrah dibakar birahi.
"Ohh...Ryuji... sayang...!"
"Tante... nikmat sekali Tan...."
"Ahhk....terus...teruss! Yang kencang Ryu....! Yang kencaaaanngg!"
"Iya tan, ini kencang! Oh... ohh.... Ohhh.....!"
Ryuji dengan cepat menggenjot tubuh wanita yang ada di bawahnya ini. Dia sudah ingin orgasme lagi. Bianca pun rasanya sudah ingin sampai ke puncak. Ia membantu Ryuji dengan meliukliukkan pinggangnya malah hal itu membuat dia juga semakin akan sampai orgasme. Bianca menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tahu Ryuji pun merasakan hal yang sama.
"Aaahhhhh! Taanteee....oooohhhkk! KELLLUUUAAAARRR!" jerit Ryuji.
Crooott! Crooott! Crooott! Crooott! Crooott!
Keluarlah pejuh kental yang memncar dari penis Ryuji ke dalam rahim Bianca. Bianca pun sama-sama memancarkan cairan bening milikya. Keduanya kini berpandangan aneh. Kedua nafas mereka memburu seakan-akan baru saja lari marathon. Ryuji rasanya tak ingin mencabut penisnya walaupun kedua kaki Bianca sudah melonggar.
"Tan, tante harus tanggung jawab nih kalau aku jadi suka ama tante," kata Ryuji.
"Wah? Koq gitu?" tanya Bianca.
"Aku.... ah entahlah"
"Hahahahaha," Bianca mencubit hidung Ryuji. "Sudahlah, anggap ini bonus karena kamu telah mengantarkanku kemana-mana" Didorongnya tubuh Ryuji. Cowok keturunan Jepang itu berguling menjauh. Bianca melihat sebuah tatto di punggung Ryuji. Tatto seekor naga yang sedang melingkar menampakkan cakarnya. Bianca baru mengerti kalau di tubuh pemuda ini ada tatto.
"Kira-kira... itu bisa ...," Ryuji tak meneruskan.
"Bisa apa? Hamil?" tanya Bianca.
Ryuji mengangguk.
"Iya, bisa dong!"
"Aduh! Trus??"
"Udaahh... nggak usah dipikirin"
"Serius nih tante, masa' pemuda berusia dua puluh tahun sepertiku sudah jadi ayah??"
"Hahahahahah, serius amat. Tenang saja. Aku selalu minum pil kontrasepsi. Aku ama suamiku belum punya rencana punya anak lagi. Nggak perlu panik gitu lah!"
Ryuji lega setelah mendengarnya. Bianca tertawa lagi, "Dasar cowok, memang sukanya enaknya. Kalau mau tanggung jawab lari."
"Eh, bukan begitu maksudnya tante!" bela Ryuji.
"Trus? Kalau misalnya aku hamil, kamu mau tanggung jawab?" tantang Bianca.
"Itu...."
"Naah, kan? Berarti bener, kepengen enaknya aja."
"Nggak, bukan begitu. Aku mau koq tanggung jawab."
"Beneer?"
Ryuji mengangguk. "Serius."
Bianca mencium bibir Ryuji lagi. Mereka kembali melakukan french Kiss. Setelah itu Bianca berkata, "Keep your feeling to me boy. OK?"
Ryuji mengangguk. Baginya hari ini adalah hari teraneh baginya. Dalam waktu sekejap hubungannya dengan Bianca sudah lebih dari sekedar pengawal pribadi.
o0o ​
TUK! TUK! TUK! Terdengar suara dari Jendela seperti dilempar oleh kerikil. Asyifa yang saat itu sedang tidur terbangun. Dia melihat kaca jendela kamarnya dilempari batu, hal itu membuat dia segera menuju ke jendela. Dia melongok keluar saat melihat seorang yang dia kenal ada di luar.
"Mbak Diva???"
0 Response to "I Love You Season 2 Episode 3"
Post a Comment