Akhwat dan Syahwat Episode 6


Aku masih berada di menahan posisi kamera Goproku merekam aktivitas Kak Ridwan bersama akhwat yang ia bawa kali ini.

“Ah…aku nggak nyangka kalau si Lala itu cewek gampangan juga” aku masih tidak percaya bahwa akhwat sedang mengoral kontol kak Ridwan bukanlah kak Nisa, tapi Lala, teman sekelompokku.

Baca Juga

Kulihat mata kak Ridwan sedang merem melek menikmati sedotan dan hisapan mulut Lala. Sementara itu, kepala Lala tidak hentinya naik turun dan melenguh karena payudaranya sedang dimainkan oleh kak Ridwan. Posisi mereka adalah kak Ridwan sedang membelakangi kamera yang kupegang dan sedang duduk di sofa, sedangkan Lala berlutut menyamping dari posisi kak Ridwan. Tangan kak Ridwan asyik meremas payudara Lala dari luar khimar dan baju kurungnya. Kak Ridwan menyenderkan kepalanya ke sandaran kepala sofa di ruang tengah. Tangan kanannya memainkan payudara Lala, sedangkan tangan kirinya menahan kepala Lala untuk terus mengoral kontolnya.

“Uhhh….Mantap sekali memang anak didik Nisa. Sepongannya mantap sekali. Toketnya juga menggoda” Kak Ridwan masih menikmati sepongan dari Lala.

“Hmmmmmfffff…..Hmfffffff…..”Lala tak bisa melenguh menikmati sentuhan di buah dadanya karena tertutup oleh kontol kak Ridwan.

“Yaa…Terus Lala. Uhh….Kamu cantik sekali Lala. Akhwat lonte emang nomor satu”. Kak Ridwan tak sadar jika kamera terus merekam aktivitas bejat mereka.

Lala mengangkat kepalanya sejenak, tersenyum nakal karena pujian dari kak Ridwan. Dia memperbaiki bagian dagu dari khimarnya, lalu menyampirkan khimarnya ke belakang lehernya sehingga lebih mempermudah kak Ridwan menjamah area sensitifnya tersebut. Lala kemudian menundukkan kepala dan kembali mengoral kontol ekstra kak Ridwan. Tangan kak Ridwan tampak mempercepat ayunan kepala Lala, tampaknya kak Ridwan sudah hampir mencapai klimaksnya.

“Ahhhhhh……..Enak sekali lonteku malam ini” Kak Ridwan terlihat lega melepaskan pejunya di dalam mulut Lala.

Lala membersihkan tumpahan sperma kak Ridwan yang tak sempat ia telan dengan menggunakan khimarnya. Dia membasuh seluruh bagian kontol kak Ridwan dengan menggunakan ujung kain khimarnya. Lalu dia kembali memperbaiki khimarnya yang kusut karena terus menyepong kontol kak Ridwan dan baju kurungnya yang sejak dari tadi dijamah oleh kak Ridwan. Dia memperbaiki kembali letak khimarnya dan tersenyum nakal ke kak Ridwan.

“Mantap sekali sepongan kamu La. Kamu kayak udah seberpengalaman Nisa aja” Ujar Ridwan sembari mengusap bagian belakang kepala Lala.

Lala hanya tertunduk sembari tersenyum memegangi kedua pahanya. Dia tersipu dipuji oleh kak Ridwan.

“Ahhh…Senyumanmu itu La, manis sekali. Mana kamunya cantik, body kamu aduhai. Siapa coba cowok yang nggak jatuh cinta ama kamu. Kamu udah punya pacar belum?” Tanya kak Ridwan mencoba merayu lala.

“Belum kak. Nggak ada yang mau.” Jawab Lala sembari mencoba menyandarkan kepalanya ke dada kak Ridwan, namun kepalanya ditahan oleh kak Ridwan, lalu kak Ridwan mencium pipi kiri Lala. Lala tersenyum tersipu karena perlakuan kak Ridwan tersebut.

“Oh. Mereka Cuma belum tahu kalau sepongan kamu mantap jiwa. Kalau nggak ada yang mau, sama kakak aja ya la. Kakak baru punya Nisa kok. Kan satu, dua, tiga, atau empat wanita kan?” Ujar kak Ridwan sembari membelai pipi Lala yang semakin tersipu malu.

-Ah…Sialan nih kak Ridwan. Udah dua akhwat aja yang dia embat- Umpatku dalam hati

“Lala, kamu cantik banget deh. Sayang kalau dianggurin. Kamu udah pernah ngentot belum La?”kak Ridwan masih membelai kepala Lala dengan manja. Sedangkan Lala memainkan ujung khimar yang ia tadi pakai untuk menyeka sperma kak Ridwan.

“Belum kak. Emang ngentot itu enak ya kak?” lala bertanya dengan polos.

“Enak banget malahan. Kalau nggak percaya, Tanya kak Nisamu itu. Dia udah ketagihan malahan.” Belaian tangan kak Ridwan berpindah ke tangan sebelah kiri Lala.

“Ya udah kak. Aku mau kok. Yang penting enak hehe” Ujar Lala sembari tersenyum malu memprlihatkan giginya yang putih sembari menutup matanya.

“Ya udah. Kamu bawa baju ganti kan? Kamu nginap 2 malam ya disini. Kakak bakal bawa kamu ke surge lantai ke tujuh”

“Janji ya kak” lala tenggelam dalam ayunan rayu kak Ridwan

“Janji. Masuk kamar yuk”

Lala kemudian menegakkan kepalanya dan memperbaiki khimar maroon yang ia kenakan. Lalu kak Ridwan mencium mulutnya dan menarik tangan Lala. Mereka pun masuk ke dalam kamar. Ingin rasanya aku merekam aksi mereka sekali lagi seperti halnya saat aku live streaming saat kak Nisa digenjot oleh kak Ridwan. Namun apalah daya, rasa kantukku tak dapat kulawan, maklum saja, tadi sewaktu bersama kak Tias, aku berjalan kaki jauh sekali. Kak Tias saja sepanjang perjalanan pulang hanya bisa tidur.





TOK…TOK…TOK…

“Dandi….Dandi…Bangun Dan. Kakak mau minta tolong” Kak Ridwan mengetuk kamarku dengan kerasnya.

Aku terbangun sembari mengecek kembali jam di HPku, jam setengah 7 pagi. Setelah shalat shubuh tadi, aku tidur lagi karena badanku masih sangat sakit untuk pergi jogging.

“Iya kak. Udah shalat kok” aku membuka pintu kamarku

Kulihat kak Ridwan berpakaian lengkap dengan celana kain dan kemeja dan tasnya yang menggembung.

“Dan. Kakak mau pergi dulu. Titip motor ya. Soalnya di depan udah ada keluarga yang mau jemput”

“Mau kemana kak?” Aku masih bingung dengan situasi yang terjadi

“Mau pulang dulu. Soalnya ibu kakak meninggal” Kak Ridwan terlihat sedih

“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Turut berduka cita kak. Oke kak. Hati – hati di jalan ya”.

“Oh ya Dan. Di kamarku ada temen. Maunya tadi aku anter pulang, tapi karena kayaknya dia kecapean, jadinya kakak mau minta tolong kamu buat nganterin dia. Ini kunci kamar kakak ya” Ucap kak Ridwan sembari memberiku kunci kamar dan pamit sambil setengah berlari menuju pintu rumah.

Terdengar suara mobil makin mengecil, tanda kak Ridwan sudah pergi. Aku masih membatu depan kamar sembari memegang kunci kamar kak Ridwan. Ah, aku ditinggal sendirian lagi deh. Begini nasib mahasiswa yang serumah dengan bukan seangkatannya. Saat aku sedang menimang – nimang kunci kamar kak Ridwan, aku teringat Sesutu.

“Eh…Di kamar kak Ridwan kan ada Lala” Aku segera berlari menuju kamar kak Ridwan

Kulihat sesosok wanita dengan khimar maroon dan baju kurung berwarna abu abu gelap masih terbaring lelah.

“Hmmm…Tadi malam, Lala diapain sama kak Ridwan ya? Kok masih rapi begini ya?” Aku masih bingung dengan kondisi kamar, kasur dan pakaian Lala yang seakan – akan tidak menunjukkan bahwa semalam ada persetubuhan yang terjadi. Mungkin mereka mainnya rapi sehingga hasilnya pun tidak berbekas. Aku sangat meyakini, di saat aku tidur di kamar, mereka bertempur dengan besar karena semalam, aku mendapati kak Ridwan sedang disepong kontolnya oleh Lala.

Aku mengambil HPku dan memotret Lala berkali – kali. Lumayan lah, surge dunia ada di depan mataku. Aku juga sudah mengcopy video rekaman dari gopro ke HP dan laptopku untuk mempersiapkan strategiku untuk menjebak Lala.

Lala hampir berteriak saat melihatku sedang duduk memperhatikan tubuhnya yang masih tergolek lemas. Aku tersenyum licik menatap tubuhnya.

“Dandi. Ngapain kamu disini?” Dia masih bingung tentang keberadaanku di depannya.

“Harusnya aku yang nanya Lala. Kan ini kostan aku” Aku mencoba memancong emosi Lala.

“Kostan? Kak Ridwannya mana?” Lala tidak tahu kalau aku satu kost dengan kak Ridwan.

“Dia pergi. Ibunya meninggal.”

“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun” Lala sudah duduk kali ini

Lala lalu mengambil HPnya, dia mengecek HPnya dan mencoba berdiri. Tapi kucegat dia.

“Mau kemana kamu La?” Kulihat wajah Lala mulai memerah menahan amarah

“Nelpon mama aku kalau ibunya kak Ridwan meninggal” Aku menanggap gelagat mencari alasan dari lala.

“Emangnya kamu ada hubungan apa ama kak Ridwan?” Aku menutup jalan ke pintu keluar sembari membuka galeri di HPku.

“Aku sepupuan ama kak Ridwan. Apaan sih kamu Dan. Kamu nggak liat apa aku pakai khimar. Kamu kira aku ini cewek murahan yang tidur sama lelaki yang bukan mahram aku? Kostku kebanjiran, jadi aku minta tolong ke kak Ridwan sebagai sepupuku. Lagian, orang tua kami juga tahu kok” lala mulai emosi melihatku terus menghalang – halanginya.

“Oh. Sepupu toh. Terus kok nyepong kontol ya?” Aku sudah menemukan video yang aku cari.

“Apa maksud kamu sih. Minggir dari situ. Kamu tuh bukan mahram aku. Jangan deket – deket gitu. Pergi dari sini. Kamu nggak tahu apa kalau ada 2 cowok cewek di satu tempat yang ketiga itu setan?” Lala semakin ngotot

“Lahh…Bodo amat. Yang penting enak” Aku terus memancing emosi Lala

“Sialan kamu Dandi. Aku tuh pengen ngabarin mama aku. Dasar cowok bejat. Anjing kamu” Lala sudah memperlihatkan sisi asli dirinya. Dia mencoba mendorongku ke samping. Namun seketika aku taris khimarnya dari arah belakangnya, membuatnya berbalik.

“Kurang ajar banget sih kamu jadi cowok Dan. Nih” PLAK….Lala menamparku saking emosinya

“Hehe…Kamu bisa nampar aku. Tapi aku tahu kalau kamu tadi malam habis main barena kak Ridwan. Ini buktinya” Aku memperlihatkan video saat dia menyepong kontol kak Ridwan. Mukanya memerah.

“DASAR COWOK SETAN KAMU DAN !! CEPETAN HAPUS VIDEO ITU KURANG AJAR !!” Aku menghindari serangan tangannya untuk mencoba mengambil HPku. Kamudian aku Tarik bagian leher dari khimarnya dan mendekatkan wajahku padanya.

“Bodo amat kalau aku itu cowok setan. Intinya kamu juga akhwat setan. Mana ada akhwat yang nyepong kontol lelaki bukan suaminya?”

“Asal kamu tahu, aku akan kirim video kamu ini ke grup WA angkatan” Aku mengancamnya dengan wajah serius

Share > whatsapp > BK Sanjaya 2016 > uploading

“Eh, jangan donk Dan. Aku minta tolong woi” Muka Lala berubah menjadi pucat pasi.

“Waktu kamu 7 menit sebelum video ini tidak bisa di-unsend dari HPku.”

“Salah aku apa sih Dan sama kamu?” Lala mencari iba dariku.

“kamu nggak inget waktu aku pegang tangan Chantika tempo hari? Teru kamu sok sok ceramah di depan teman – teman. Aku tuh malu banget tahu”

“Sekarang, waktunya kamu aku permaluin” Aku mulai kalap juga

Lala terdiam dan tampak sedang berpikir. Sekitar 2 menit kemudian, dia kemudian menghela nafasny.

“Ya udah deh Dan. Un-send gih video-ku sama kak Ridwan. Terserah kamu mau ngapain aku” Dia sudah pasrah

Aku memunculkan senyum penuh kemenangan, namun aku masih belum percaya dengan perkataan Lala.

“kamu berani sumpah atas nama-Nya?” Bagi para akhwat, pertanyaan itu merupakan pertanyaan pengunci mereka untuk berkhianat.

“Iya deh. Aku sumpah atas nama-Nya dan bersumpah demi apapun juga yang di langit dan di bumi. Puas kamu? Sekarang, un-send video itu dari grup” Lala mulai jengkel lagi

“Hehe. Gitu donk. Dari tadi kek. Bentar ya cantik. Nih…udah kan?” Aku meperlihatkan kiriman videoku sudah kuurungkan.

Lala lalu mengecek HPnya dan memastikan tidak ada video dari Dandi yang masuk di grup angkatannya. Tidak ada kiriman baru pagi itu.

“bentar, kamu yakin nih tidak ada yang ngeliat atau sempat donlot video tadi” Lala tampak bingung

“Yakin. Sekarang baru jam 7. Masih pada molor pasti, apalgi ini hari sabtu. Lagian juga tadi buat ngirimnya juga butuh waktu sekitaran semenit.” Kali ini, Lala Nampak percaya dengan perkataanku.

“Oke deh. Dan, sekarang kamu mau apa?” Lala sekarang sudah berada di bawah kendaliku.

“Sekarang, kamu ke kamar aku aja” Aku menarik khimar Lala sembari Lala melangkah gontai dengan muka kusut mengikutiku.

“Oke. Sekarang kamu mau apa Dan?” Lala menyilangkan tangannya di dadanya sembari meniup ujung khimar di atas kepalanya.

“Ya ngentot lah. Ada cewek, ada cowok, berduaan di tempat sepi, ada setan, jadinya ngentot lah. Kan tadi kamu bilang” Aku sudah membuka celana training yang kugunakan dan sekarang aku Cuma pakai celana bola dan baju kaos.

“Eh, jangan kurang ajar kamu ya Dan.” Lala masih tidak terima

“Eh. Kamu yang jangan kurang ajar. Ingat kamu, kamu tadi udah sumpah atas nama-Nya. Kalau kamu ngelanggar sumpah kamu, neraka jelas buat kamu. Iya kan? Lagian juga video kamu dengan kak Ridwan kan belum kuhapus dari galeri file HP aku. Jadi kalau kamu ngeyel, bisa aja aku kirim video itu kapan saja ke grup angkatan” Lala tercekat dan tak bisa mengelak lagi.

“Ya udah deh. Kamu mau apain aku juga terserah. Aku pasrah. Asalkan nanti selesai ini, kamu hapus video itu dari HP kamu.

“Mantaplah kalau begitu” Aku tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya, setelah 2 hari yang lalu batal menikmati tubuh Riri, aku bisa menikmati dua kali lipatnya, tubuh seorang akhwat yang pakai khimar bos. Pakai khimar. Boro – boro diajak ngentot, digodain aja susahnya minta ampun.

“Oke, sekarang kamu ke sini deh La. Sepongin kontolku kayak kamu ngisepin kontol kak Ridwan semalam” Lala lalu mendekatiku, dan berlutut di depanku.


Aku duduk di kursi, sedangkan Lala sedang berlutut di hadapanku. Aku membuka celanaku dan mengeluarkan kontolku yang mengaceng sejak masuk kamar kak Ridwan tadi. Lala sedikit tersentak saat melihat kontolku, namun ia menenangkan diri dan segera memegang kontolku. Namun, Lala berhenti saat kontolku sudah disentuh tangan lembutnya.

“Kenapa La? Kan semalam kamu udah nyepongin kak Ridwan” Lala menengadah melihatku

“Anu Dan. Kontol kamu gede banget. Muat nggak ya di mulut aku” Lala memasang wajah bingung

“Kita nggak bakal tahu kalau nggak dicoba. Lala manis” Aku mencubit kedua pipinya dengan lembut.

Lala akhirnya memasukkan kontoku ke dalam mulutnya. Uhhh….kenikmatan tiada tara yang belum kucoba saat ngentot dengan Chantika tempo hari. Lala mendiamkan sejenak kontolku dalam mulutnya, karena tidak sabra, aku pun memegang kepalanya, lalu memaju mundurkannya. Perlahan namun pasti, sepongan Lala sudah tidak perlu tuntunan dari tanganku. Aku fokus menyaksikan khimar maroon-nya berkibar – kibar. Aku mengambil HPku di meja yang ada dalam jangakauanku. Aku merekam aktivitas Lala selama beberapa detik. Lalu melihat jam masih menunjukkan jam 8 pagi. Hari ini masih panjang untuk dinikmati bersama Lala.

Beberapa kali aku merasakan kepala kontolku menyentuh bagian ujung mulut Lala. Lala sendiri sampai tak bisa mengeluarkan suara karena mulutnya sesak oleh kontolku. Sedangkan aku masih menikmati sepongan akhwat tukang ceramah di kelas namun ternyata binal ini. Aku menyalakan AC agar Lala tidak kepanasan. Karena menurutku, bercinta sembari memakai pakaian besar seperti khimar dan baju kurung sangatlah panas. Hingga akhirnya, aku tak bisa menahan laharku yang akan segera keluar.

“La, aku mau keluar. Tahan dulu La, aku mau semprotin ini ke mukamu” Aku menarik kontolku dari mulutnya.

“Buka mulut kamu La” Lala hanya menurut saja.

Crottt…..Crotttt…Crottt….Aku menyemprotkan pejuku sampai 5 kali semprotan ke wajah Lala. Ada yang masuk mulutnya, tapi lebih banyak yang belepotan di muka dan khimarnya.

“Ihhh….Jorok amat sih kamu Dan. Orang itu ngarahinnya ke mulut, kok malah ke muka. Kan jadi belepotan gini” Protesnya sembari menyapu sperma di mukanya dengan jari lalu menjilat jarinya.

“Hehe…nafsuin tau ngeliat akhwat belepotan peju. Udah, Kamu ke kasur aja deh La. Aku udah nggak nahan nih ngeliatin kamu” Lala berdiri dan segera terlentang di kasur.

“Aku buka baju nih?” Tanya Lala padaku

“Ah. Jangan dulu La. Aku mau nikmatin kamu pelan – pelan aja” Aku mendekatinya

“Ngentot ya ngentot aja kali” Mukanya berubah kusut

Aku menaiki tubuhnya. Dengan posisi terlentang seperti ini, meski sudah berpakaian longgar, gundukan dada Lala tetap menonjol. Ini bagian yang paling aku suka dari cewek berbaring. Tanpa basa – basi aku menindih tubuh akhwat ini. Aku segera menciumnya dengan liar, dia yang awalnya terkaget mampu segera menguasai dirinya dan mengimbangi permainanku. Kami saling berpagutan, bertukar liur, dan mengaitkan lidah. Dalam kondisi seperti ini, kontolku yang tadi sudah melepaskan muatan mulai mendapatkan stimulasi untuk berdiri lagi. Aku tak ingin permainanku cepat berhenti seperti saat bercinta dengan Chantika. Aku peluk erat tubuhnya dan memperlakukannya dengan lembut. Aku membelai seluruh bagian tubuhnya. Saat aku membelai bagian payudaranya, terjadi getaran hebat pada tubuh Lala.

Jam menunjukkan jam 8 lewat 32 menit saat aku masih mempertahankan pose berciuman dengan Lala. Sejak tadi, mungkin momen saat Lala membuka matanya bisa dihitung jari. Tampaknya dia sangat menikmati perlakuanku padanya. Perlahan aku menggeser tangan kiriku dari sebelah kepala Lala. Sedangkan kedua tangan Lala tetap memeluk erat pinggangku, tanda dia menikmati permainanku. Tangan kiriku menerkam segera payudaranya yang bulat dengan ukuran ideal. Saat tanganku meremas toketnya, wajahnya menengadah.

“Ahhhhhh……” Pagutanku terlepas darinya, namun segera kami berpagutan lagi

Karena masih terhalang khimar, baju dan dalaman yang Lala kenakan, aku seperti tidak merasakan payudara Lala dengan sempurna. Aku memasukkan tanganku ke dalam khimarnya dengan menyibakkan khimarnya hingga di atas dadanya. Tubuh Lala sudah kutindih sepenuhnya, dalam pergulatan kami, kontolku bergesekan dengan daerah selangkangan Lala. Lala terlihat semakin liar saat aku menggesekkan kontolku seakan menyodoknya dari luar pakaiannya. Hingga akhirnya, aku merasakan sedikit basah di daerah selangkangannya. Aku kemudian melepaskan ciumanku dan segera membuka pakaianku hingga tak ada sehelai benang pun yang tersisa. Aku kembali menindih tubuh Lala dan berciuman dengannya.

Mengingat Lala sudah mencapai klimaksnya sekali, aku pun mulai menarik pelan bagian bawah baju kurung yang ia kenakan. Lala membantuku dengan mengangkat badannya ke atas untuk mempermudahkanku melepas baju kurungnya. Lalu kulepas pagutanku dan Lala sepertinya benar benar pasrah saat aku membuka tandas baju kurung yang ia kenakan. Aku melhatnya hanya memakai khimar merah maroon, CD berwarna putih dan BH berwarna putih. Aku sedikit heran melihatnya hanya memakai dalamn berupa CD dan BH saja. Padahal biasanya akhwat memakai pakaian yang berlapis – lapis. Aku membuka celana dalam dan BH Lala sehingga kini hanya Khimarnya saja yang tersampir ke atas lah yang masih menempel di tubuhnya.

Aku melepaskan pagutanku padanya, lalu aku memperhatikan sejenak tubuhnya. Di hadapanku kini sedang terlentang seorang akhwat yang pasrah dengan apa yang akan terjadi pada tubuhnya. Khimar yang masih berbau sperma. Dada yang membusung dengan puting berwarna kecoklatan dan memeknya yang ditumbuhi bulu dengan lumayan lebatnya. Aku menyapu penglihatanku ke sekujur tubuh teman satu jurusanku ini. Tak pernah aku bayangkan sebelumnya, aku bisa meniduri seorang akhwat yang merupakan calon pengurus lembaga dakwah kampus ini.

“Sekarang giliran toket ama memek kamu yang aku acak – acakin” AKu menundukkan kepalaku dan membenamkan wajahku pada toketnya. Ah, rasanya kenyal, hangat dan sangat harum, sedangkan Lala hanya terdiam pasrah saja melihatku mulai menyusu padanya. Aku menghisap pentil dan sekujur toket Lala yang sebelah kiri, sedang tangan kananku aktif meremas dan memilin milin putingnya.

“Ah, setan….Enak banget disitu Daaaaaaan” Lala tidak bisa menahan kenikmatan yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Aku tak membalas ucapannya, kubiarkan Lala meracau sepuasnya. Kubiarkan itu menjadi lagu penambah nafsuku menggarap tubuh polosnya ini. Mengkilat toket kiri Lala kujilat dan kuhisap seluruhnya. Aku berpindah ke toket sebelah kanan, dan tangan kiriku bermain di selangkangannya. Karena tidak pernah memainkan memek cewek sebelumnya, aku Cuma membelai dan menusuk nusukkan jariku masuk ke dalam memeknya. Aku menggunakan satu jari terlebih dahul, Blesss..Tanganku masuk sepenuhnya lalu kukerluarkan lagi. Lalu kukocok dengan cepat memeknya.

“Ahhh,,,ahhhh,,,,ahhh….Cepetan sodok memekku kampret. Udah nggak tahan” Aku masih mencoba memancing nafsu Lala hingga ke titik tertinggi. Aku tak ingin membuat ini segera berakhir. Cukup Chantika yang membuatku menyesal tidak menikmatinya dengan penuh kelembutan. Aku masih mengocok – ngocok memek Lala hingga aku merasakan getaran hebat dari tubuhnya.

“Daaaaaaannnnn….Ahhhh….Aku nyampe lagi. Enak banget” Racau Lala

Sementara memeknya sudah menjadi licin karena sudah dua kali Lala mengeluarkan cairan cintanya. Aku kemudian memperbaiki posisiku dan mengangkangkan kaki Lala.

“Laa…Aku minta maaf untuk kali ini. Mungkin aku udah jahat sama kamu. Tapi, tahan yaa, entar kamu juga bakalan keenakan kok” Aku membuka memeknya dan perlahan memasukkan kontolku.

“Pelan – pelan Daan..Kontol kamu besar banget” Lala Nampak menutup matanya dan bersiap menahan sakit

Baru masuk kepala kontolku ke dalam memeknya suda susah karena memeknya sempit minta ampun. Untung saja cairan cinta Lala sudah cukup untuk melumasi kontolku untuk menerobos benda berharga Lala ini. Baru sepertiga masuk, kontolku sudah sangat kesulitan untuk masuk. Aku sendiri merasakan perih di kontolku saat kontolku menyeruak masuk ke dalam memek sempit Lala.

“Tahan dulu Dan. Sakit banget” Aku berusaha memeluk tubuh Lala dan mencoba menenangkannya

“Aku masukin pelan – pelan ya La” Aku membelai kepalanya yang masih terbungkus khimar. Dia pun mengangguk pelan dengan mata yang pasrah dan terlihat ia mulai menitikkan air matanya. Ah, hal yang paling sulit dari aktivitas ini adalah aku harus melihat wajah temanku sendiri. Aku seperti tidak tega untuk menodainya. Namun, di lain pihak aku juga tidak mampu menahan nafsuku.

Sudah setengah bagian kontolku yang sudah sampai dan terasa menyentuh sesuatu. Kupikir itu adalah ujung Rahim Lala, namun karena didorong rasa penasaranku, kontolku seperti merobek sesuatu. Seketika tubuh Lala mengelinjang dan membusungkan dadanya.

“SSSSIHHHHHHHHHIAAAALLLL….AKU NYAMPE LAGI DAN” Lala benar – benar menikmati permainanku kali ini. Kudiamkan kontolku perlahan agar memek Lala terbiasa dengan kehadiran benda asing di dalamnya sembari disirami oleh cairan cinta Lala.

“La, aku mulai ya” Lala Cuma mengangguk pelan dengan matanya yang sayu.

Aku mulai menggenjotnya pelan dan perlahan. Dengan pelan tapi pasti, diiringi pilinan tanganku di toketnya, tubuh Lala menggelinjang hebat dan ia masih berusaha menahan suaranya dengan mengigit bibir bawahnya. Kepalanya berusaha mendongak ke atas pertanda ia menahan sensasi kenikmatan yang luar biasa.

Pelan tapi pasti, aku mempercepat genjotanku. Saat itu pula Lala sudah kalap dan tak bisa menahan diri lagi.

“Ahhh….Ahhh….Ahhhh….Terus Dan. Enak banget anj**g” Aku tak menyangka ada seorang akhwat yang mulutnya begitu tajam dan kasar seperti Lala ini. Aku selalu menganggap akhwat apalagi yang memakai khimar dalam kesehariannya adalah pribadi yang santun, lembut, dan mampu mengendalikan diri Tapi yang kuliat sekarang adalah seorang akhwat dengan mulut tajam, dan kelakukan yang tak bisa ia kendalikan.

“Ahhhh….Ahhhhh….Ahhhh. Memek kamu mantap banget La. Sempit tapi legit banget” Aku memuji memeknya yang dibalas dengan senyuman oleh Lala.

Aku menunduk untuk melihat tusukan demi tusukan kontol yang aku hujamkan ke memek Lala. Di saat itu aku melihat sebercak darah di atas seprei kasurku.

-Darah? Dari mana ya? Darah perawan Lala? Kan semalam dia juga sudah ngentot dengan kak Ridwan. Jadi jika memang Lala semalam masih perawan artinya sudah robek oleh kak Ridwan- Aku bingung dan jadi menyimpulkan sendiri sumber bercak darah tersebut.

Aku memutuskan untuk mencari puncak kenikmatanku. Kupercepat genjotanku sedangkan Lala hanya bisa ternganga sembari melenguh pelan tanpa suara. Sepertinya seluruh tenaganya sudah hampir habis karena empat kali menyemprotkan air cintanya. Sekali hentakan terakhir, aku tanam dalam – dalam kontolku ke dalam memek Lala. Kusemprotkan semua spermaku ke dalam rahimnya. Ada sekitar tiga hingga lima tembakan aku keluarkan. Aku yang sudah kelelahan pun akhirnya ambruk dan menindih tubuh Lala. Karena sudah tidak punya tenaga, aku pun hanya memilin milin pentil toket Lala untuk membantunya mencapai klimaksnya. Hingga dia melenguh pelan namun panjang menandakan dia mencapai klimaksnya. Aku yang sudah tak punya tenaga tersisa pun sehabis pertempuran hebat dengan teman akhwatku ini berusaha turun ke samping kiri tubuhnya. Sedangkan Lala dengan nafasnya yang masih terengah – engah, hanya bisa menatap kosong langit langit. Matanya berair, mungkin tak menyangka bahwa temannya telah menerkam kehormatannya.



Sekitar sejam aku tertidur dengan Lala. Aku merasakan bau aneh dari khimar yang masih dikenakan Lala, bau keringat, peju dan liur bercampur menjadi satu. Sedangkan kulihat lala juga sudah bangun. Aku menengok ke arah jam dinding, sudah menunjukkan pukul 11 siang Artinya aku tertidur sekitar sejam. Lala berusaha duduk dan berdiri, darah dan spermaku masih mengalir dari dalam memeknya. Ketika ia berusaha berdiri, lututnya yang masih goyah tidak mampu menahan dirinya sehingga ia ambruk dan terbaring kembali. Sedangkan aku yang tenaganya sudah sedikit pulih berusaha berdiri memaksa lututku berdiri dan sekadar menarik segelas besar air minum dari dispenser. Kusodorkan pada Lala yang kembali duduk. Dia menerimanya dengan wajah yang masih memperlihatkan kelelahan. Sedangkan aku mengambil sekotak tisu di atas mejaku. Aku membasuh sisa sperma dan cairan cinta Lala di daerah selangkanganku. Sedangkan Lala masih menatap kosong ke depan dengan tangannya masih memegang segelas besar air yang masih penuh.

“La. Minum gih airnya. Kamu kayaknya masih capek deh” Dia berbalik menatapku dan segera meminum tandas air yang kusodorkan. Aku lalu mengambil lagi dan tandas lagi olehnya.

“Dan, aku lapar nih. Kamu sih, orang jam 8 pagi udah main kuda – kudaan aja” seperti sebelumnya mulutnya begitu bawel kepadaku.

“La, aku bersihin memek kamu ya” Dia hanya mengangguk sembari mengusapkan khimarnya pada wajahnya untuk menyeka keringatnya yang masih bercucuran. Aku penasaran dengan darah yang keluar dari memek Lala.

“La, ini kok ada darah ya?” Aku bertanya sekenanya.

“Itu darah perawanku Dan. Kamu udah ngambil perawanku” Aku kaget bukan kepalang. Karena yang kutahu kalaupun memang Lala masih perawan saat ke kost, perawannya pasti sudah dijebol oleh kak Ridwan semalam.

“Bukannya kamu ama kak Ridwan semalam udah main?” Aku bingung

“Nggak. Kemarin waktu di ruang tengah emang aku sempat nyepong kontolnya kak Ridwan. Tapi waktu masuk kamar, dia dapet telpon yang ngebuat dia kayak panik gitu, jadi akunya nggak diperhatiin. Kagak tahan dianggurin, ya udah, aku tidur aja” Lala menceritakannya dengan tatapan kosong

“Serius kamu La?” Aku masih tidak percaya jika aku lah perebut mahkota perawan Lala.

“Buat apa juga aku bohong? Ngentot ya ngentot, otomatis keperawanan udah hilang. Lagian yang di tisu itu apaan? Darah kan? Jelas lah itu darah perawan. Masa iya darah haidh” Dia sekali lagi menunjukkan betapa bawelnya dirinya.

Aku seperti ingin berteriak. Namun aku tak ingin Lala melihat kebahagiaanku. Bagaimana tidak, aku ternyata telah menjebol pertahanan dua orang hijaber yang konon katanya sulit buat diajak untuk begituan.

“Udah ah, intinya kamu udah ngentotin aku. Kamu nembakin sperma kamu di dalam memekku, sampai aku hamil, awas kamu Dan. Ya udah deh, aku mau mandi dulu, pegangin gih.” Aku membantu Lala berdiri menuju kamar mandi di dalam kamarku.

“Dan, tolong donk ambilin tasku di dalam kamar kak Ridwan. Sekalian beliin makan gih sono. Aku lapar banget. Di tasku ada dompet, pake aja uangnya” Dia segera menutup pintu kamar mandi dan tak lama kemudian aku mendengar desiran air.

Aku berjalan menuju kamar kak Ridwan dengan hanya bermodal celana pendek saja. Aku masih sulit berjalan karena lututku masih goyah. Bagaimana tidak, aku sudah dua kali menembakkan pejuku dua kali hari ini hingga mencapai titik maksimal tembakannya.

Aku membawa tas Lala ke dalam kamarku. Aku mengambil pakaian dari dalam lemariku dan uang dari dompet Lala. Aku pun berjalan pelan menuju warung terdekat untuk membeli makanan. Aku beli 4 porsi, untuk pagi dan siang. Maklum, pertempuran tadi sangat melelahkan. Saat kembali dari membeli makanan, Ketika aku melihat pagar rumah, aku baru ingat kalau aku lupa mengunci pintu rumah dan pagar.

“Aduh, bisa gawat nih. Kayaknya si lala udah kabur deh” Aku mempercepat langkahku



Aku mendengar desiran air dari dapur dekat kamarku. Saat aku masuk, aku melihat sesosok tubuh dengan mengenakan khimar biru muda, hanya mengenakan celana training dan kaos putih sekenanya saja. Lala sedang mencuci piring yang memang menumpuk di westafel dapur. Aku meletakkan makanan yang kubeli di atas meja makan dan kulihat baskom yang berisi khimar, baju kurung dan dalaman yang tadi Lala pakai.

“Kalau masuk pake salam kek. Main nyelonong aja. Sempat maling” Lala melirik ke belakang melihatku.

“Dan. Sekalian jemurin pakaianku donk. Tadi mau keluar, tapi masa iya aku keluar jemur dalaman, entar tetangga mikirnya macem – macem. Kost cowok kok ada dalaman cewek.” Aku segera mengangkat baskom ke bagian ruang tengah, lalu kujemur saja sekenanya di sandaran sofa ruang tengah dan kunyalakan kipas angin dan mengarahkannya ke pakaian – pakaian tersebut.

Saat aku masuk kembali ke dalam dapur, aku melihat Lala masih berjalan terkangkang kangkang, mungkin masih pengaruh jebolnya keperawanannya. Beberapa saat kemudian, makanan sudah siap di piring dan tinggal disantap.

“La, kok tumben kamu pake celana training? Nggak pake baju kurung sekalian?” Aku membuka pembicaraan kami siang itu.

“Buat apa? Lagian di rumah ini kan Cuma kamu aja. Maunya tadi sih sekalian telanjang, Cuma karena aku takut kedinginan dan nggak biasa nggak pake khimar, ya aku pakai aja kaos, training ama khimar. Tapi aku tetep cantik kan?” Tanya Lala sembari mengangkat alisnya

“Iya sih. Kamu mah pake apa aja tetep cantik. Asalkan pake khimar. Telanjang? Emangnya kamu nggak malu apa?” Aku bingung dengan pemikiran Lala

“Malu? Buat apa? Kan kamu udah nikmatin tubuh aku. Undah dientot, udah dikenyot, udah nyusu, pake dicupang lagi. Dapat perawanku juga malahan” aku mangut mendengar penjelasan Lala

“Iya juga sih” Aku melanjutkan makanku.

“La. Kok kamu nggak kabur aja sih tadi? Kan rumah nggak dikunci” Aku kembali mengeluarkan pertanyaan padanya

“Kabur buat apa? Khimarku masih ada 2, kaos masih ada satu, baju kurung ada 2, BH ada 2, ama CD masih ada 2. Buat apa kabur?” Lala kembali memperlihatkan kebinalannya padaku

“Kamu nggak takut apa dimainin lagi ama aku?” Aku mencoba mencari tahu

“Hahaha. Lucu kamu Dan. Dimana – mana orang ngentot tuh enak. Awalnya sih aku nggak percaya, tapi setelah nonton video kak Nisa dan kak Ridwan, aku jadi penasaran deh. Apalagi dengar cerita kak Nisa. Makanya semalam aku sih harapannya bisa main bareng kak Ridwan. Tapi kamu deh yang rezeki dapat perawan pagi – pagi” Aku melihatnya dengan tatapan bingung

“kenapa Dan? Ada yang salah?” Lala balik bertanya padaku

“Ahhh..Nggak sih, Cuma yaa. Maaf aja nih, kan kamu pakai khimar. Yang ada di bayanganku tuh kalau akhwat yang pake khimar itu orangnya kalem, lembut dan alim. Tapi kamu udah kasar ngomongnya, bawel, mana binal lagi” Lala kemudian tertawa.

“Hahaha…asliku sih emang kasar omongan dan bawel sih. Aku jadi ngeliatin sisi asliku ke kamu karena sisi telanjangku aja udah kamu ekspos. Jadi yang buat apa ditutupin coba?” lala minum dan meletakkan piringnya di westafel lalu kembali duduk di kursi.

“Binal? Hahaha….Cowok mah emang gitu ngeliat cewek pake khimar. Belum tahu kamu kalau udah pada ngumpul, cewek hijaber pun sering ngomongin tentang kontol cowok”

Aku memperbaiki duduk mendengar cerita Lala

“Mau kuceritain nggak soal kostan-ku?” Lala bertanya dan langsung kuiyakan

“haha. Kostku itu sarangnya akhwat lonte. Untungnya para lontenya udah pada sarjana semester kemarin. Jadi kayak aku dan beberapa maba masuk disana. Pas disana, ketemu ama kak Nisa, kak Nisa itu emang aktivis dakwah, sering malah ngadain kajian di kost. Jadi di kost aku tuh ada 6 kamar, yang tinggal disana ada 7 cewek. Akhwat dan pake hijab semua. Yang pake khimar sih 4 orang ama aku. Tapi selain ngajarin soal agama, kak Nisa tuh ngajarin kami soal seks” Aku terkejut

“Ngajar seks? Maksudnya gimana tuh La?” Aku bingung

“Awas lho kalau kamu cerita. Aku potong tuh kontol kamu. Soalnya ini tentang rahasia kak Nisa. Jadi gini, kan disana yang MABA itu ada 2 orang. Yang semester 3 ada 3 orang Sedangkan kak Irma kayaknya jarang nongol deh. Jadi tiap malam kalau nggak ada kesibukan, kami dipanggil satu – satu ke kamarnya kak Nisa. Disana kami diajarin untuk tetap berhijab tapi jangan bercadar, soalnya dia takut kalau cowok takut ama kita. Dia juga bilang kalau salah satu cara masuk surga itu dengan cara ngebahagiain suami. Nah, cara paling efektif buat ngebahagiain suami ya dengan ngentot” AKu sudah menemukan benang merahnya

“Terus? Kayaknya masih belum bisa disimpulin deh kenapa kamu jadi sebinal itu”

“Makanya denger dulu bawel. Belum selesai juga ceritanya. Jadi, setiap selesai belajar kami tuh disuruh buat telanjang ama kak Nisa. Kak Nisa lalu milin – milin pentilnya kita, ngocokin itil kita, intinya dia ngerangsang birahi kami deh pokoknya. Terus dia juga nyuruh kami buat pacaran, katanya buat ngebooking dan nyeleksi suami. Jadi dia bilang kalau pacar tuh udah kayak suami aja. Jadi kayak Khaliza, Riana, udah pada punya pacar karena itu”.

“Nah, dua malam kemarin, kak Nisa nyuruh aku buat ngegantiin dia buat main ama kak Ridwan. Katanya dia sih udah waktunya aku lepas perawan karena udah banyak nyerap ilmunya”

“Lah…Kok kamu mau aja sih disuruh buat ngegantiin kak Nisa untuk main ama kak Ridwan? Kan pacar tuh udah kayak suami. Kamu nggak takut apa ngerebut suami orang?” Aku makin penasaran dengan kostan Lala.

“Nah…Kan istri bisa dua, bisa tiga, hingga empat kan? Jadi kenapa takut jadi kedua?” Kali ini aku betul – betul paham asal muasal kebinalan Lala.

“La, nama kostan kamu apa? Jadi pengen ke sana nih” Aku mencoba mencari mangsa baru

“Selaras. Jangan sekarang dulu. Soalnya kak Nisa masih sering disana. Buat masuk disana harus bisa ngelewatin kak Nisa atau waktu kak Nisa nggak ada. Kak Nisa orangnya nggak suka kalau ada cowok di kost kami. Katanya karena itu bisa membuat mereka dicap negative ama orang sekitar” Jawab Lala dengan serius.

“Oke deh. Kalau begitu, kamu udah punya tenaga sekarang?”

“Mau ngentot lagi? Bisa sih. Tapi sehabis aku shalat ya” Lala kemudian masuk kamarku.



Hingga malam harinya, aku terus bertempur dengan Lala. Di saat itulah aku paham seberapa binal Lala dan seberapa menariknya akhwat – akhwat hasil didikan kak Nisa. Aku jadi berpikiran untuk menikmati tubuh kak Nisa, sebab saat kulihat melalui video streaming, badan kak Nisa sungguh sempurna. Wajah, toket dan bokong begitu sempurna. Aku jadi bermain dengan Lala sembari membayangkan tubuh kak Nisa yang semok.



Minggu pagi, aku terbangun dengan Lala masih tertidur di dadaku. Kali ini keadaannya sudah telanjang bulat. Semalam, saat jam menunjukkan pukul 3 pagi, kami melakoni ronde ke-5 persenggamaan kami. Aku terpaksa membeli obat kuat karena keberingasan Lala. Karena sudah terlalu dipenuhi pejuku dan keringat, Lala pun membuka khimarnya dan bertelanjang ria bersamaku.

Aku membelai halus wajah dan punggungnya. Ah, alangkah indah tubuh di balik hijab. Kulit yang Putih, toket yang mulus, memek yang begitu legit, hingga kebinalan yang tak pernah aku sadari hingga aku menikmati tubuh Lala.

“Terima kasih La“,aku kemudian mencium pipi Lala. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.

Pukul 4 lewat 25 sore Lala pulang kembali ke kostnya dengan menumpang gocar. Aku tak bisa menemani Lala karena ada jani buat ngapelin Chantika di kostnya. Saat menunggu drivernya datang, aku dan Lala mengobrol.

“Eh. Gocarnya udah datang Dan. Oh ya, aku kan tadi ngebuka e mail pake laptop kamu, belum aku sign out kok. Kamu cek gih isi e mail dari kak Nisa. Lumayan buat bahan coli kamu Dan. Untung tadi kak Nisa cepet ngirimnya. Hehe. Itu hadiah dariku untuk permainan kamu yang luar biasa” Lala lalu memelukku dan mencium bibirku, aku pun lalu mencium keningnya.

“Lain kali lagi ya Dan. Aku suka kontol kamu. Kalau lagi pengen, chat aku ya, entar diatur. Hehe” Ujar Lala sembari menuju gocar yang sudah menunggunya di halaman.

Tak lama setelah Lala pergi, aku pun juga mengendarai mobilku menuju rumah Chantika.

Related Posts

1 Response to "Akhwat dan Syahwat Episode 6"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel