Cerita Dewasa Cinta Sayur Asem Episode 10

Boleh Nyicip?

Ular itu berbisa
Dan bisanya kadang mematikan


#Pov Rian#

UTS dan kalau saja hari itu nggak ada kabar buruk, mungkin aku tak akan menyaksikan pemandangan yang mengharukan. Ketika hari pertama UTS, aku dapat kabar kalau Pak Abdul Karim kena stroke dan harus dibawa ke rumah sakit. Anik tidak konsen mengerjakan soal-soalnya. Aku tahu kalau Anik ini yang paling disayang oleh bapaknya. Selama UTS dia nangis. Ia segera memintaku untuk dianter ke rumah sakit setelah ngerjain soal. Aku pun ikut menungguinya di rumah sakit.

Mbak Rahma pun ada di sana. Mereka berdua menunggui bapak mereka. Suasana hening. Karena aku hanya bisa mendo'akan kesehatan Pak Karim saja, akhirnya aku pun pulang. Aku sempat berpapasan dengan bapak dan ibuku yang mau menjenguk Pak Karim.

"Loh, kamu sudah di sini to le?" tanya ibu.

"Nggih bu, tadi nganter Anik dari sekolah langsung ke sini," jawabku.

"Ohh..gitu."

"Yowis, bapak mau ke kamarnya dulu," kata bapak meninggalkan kami.

"Kamu pacaran ya ama Anik?" tanya ibuku. Lho, tahu dari mana?

"Ibu tahu dari mana?"

"Masmu yang cerita."

"I..iya sih bu."

"Ya udah, ibu setuju koq kamu pacaran ama dia, asal nggak kebablasan. Ngerti nggak?"

"Ngerti bu, ngerti." 

"Ibu sudah suka ama Anik sejak dulu, juga Rahma. Ibu kepengen salah satu putri Pak Karim jadi menantu ibu. Kalau kamu dapet salah satunya ya ibu bersyukur."

"Hehehehe," koq aku jadi malu sendiri.

"Ya udah, ibu nyusul bapak dulu," kata ibu. 

"Iya bu," kataku.

Aku makin seneng aja. Ibuku merestui hubunganku ama Anik. Ahh...akhirnya dari keluargaku nggak ada halangan. Aku makin mantab cinta ama Anik. Karena ia sedang sedih. Aku harus ada saat dia down. Sebaiknya aku pulang dululah. Besok masih UTS. Mungkin nanti aku BBM-an ama Anik. Tanya-tanya ia butuh apa.

***

Singkat cerita aku sudah di rumah. Hari sudah maghrib. Mas Yogi sudah pulang dari kantor. Dan, lho koq ada sepatu cewek. Waah...ini sepatunya Mbak Salsa nih. Begitu aku masuk koq sepi? Aku pun mengendap-endap, kudekati kamar Mas Yogi. Kupingku kutajamkan. Jangan-jangan mereka berdua sedang indehoi. Nah, bener kan.

"Ahh...ssshhh...Yogg...enak ...terus yog....sodok yang kenceng!" kudengar bisikan Mbak Salsa di kamar Mas Yogi. Ooo dasar, memanfaatkan kesempatan. Selagi kami nggak ada di rumah Mas Yogi kentu ama ceweknya di kamar. Karena penasaran aku coba mengintip mereka. Satu-satunya tempat mengintip adalah di jendela kamar. Aku kemudian mengendap-endap lagi pergi keluar rumah. 

Aku kemudian mrepet ke tembok samping rumah menuju ke jendela kamarnya Mas Yogi. Dan ternyata kebuka sedikit. Tirainya nggak tertutup. Mungkin karena nggak menghadap jalan raya, makanya Mas Yogi nggak nutup tirai jendelanya. Aku ngintip dan iya, aku lihat Mbak Salsa sedang disodok pantatnya oleh Mas Yogi. Mereka telanjang bulat, kecuali Mbak Salsa yang masih pake kerudung. 

Pantat Mas Yogi maju mundur dengan cepat sambil sesekali meremas toketnya mbak Salsa. Mbak Salsa merintih-rintih keenakan. Mas Yogi menampar pantat Mbak Salsa. PLAK! 

"Ahhh....enak Yogg...terus...lagi!" pinta Mbak Salsa.

PLAK! Sekali lagi. 

Kemudian Mas Yogi membalikkan badan Mbak Salsa. Kini pacarnya Mas Yogi itu terlentang. Senjatanya Mas Yogi yang tegang berat itu mengkilat. Dan kemudian dengan perlahan dimasukkannya ke dalam memek Mbak Salsa yang bulunya alus, eh nggak ada bulu. Dicukur ya? Dada Mbak Salsa bergoyang-goyang karena sodokan Mas Yogi. Gila, dadanya gedhe. Putingnya coklat. Mbak Salsa merintih-rintih, tapi ketika ia menoleh ke kanan ia melihatku. 

Kedua mata kami bertemu. Mas Yogi nggak tahu kalau Mbak Salsa sedang menatapku. Mbak Salsa tahu aku ada di jendela mengintipnya. Aku ingin menghindar tapi entah kenapa rasanya aneh saja. Aku suka ketika Mbak Salsa menatapku, ia mengedipkan matanya kepadaku dan melenguh. Gila, buset dah, bikin konak. 

Akhirnya aku keluarkan pionku yang udah tegang gara-gara peristiwa yang ada di hadapanku ini. Aku pun mengocoknya. Mas Yogi memeluk pacarnya ini sekarang sambil menindihnya. Ia benamkan wajahnya ke samping. Mbak Salsa masih melihatku. Ia tersenyum kapadaku. AKU makin cepat mengocok penisku.

"Sa, aku keluar! Aku keluar!" kata Mas Yogi.

"AKu juga Yog, ohhh...barengan yuk!" katanya.

Aku juga mau keluar nih. Dan akhirnya CROOOTT CROTTT! Ingusku keluar muncrat ke tembok. Gila bener. Aku baru kali ini coli langsung di hadapan orang yang sedang bersenggama. Mereka berdua berciuman setelah merengkuh kenikmatan bersama. Aku buru-buru pergi. Kumasukkan batangku lagi dan pura-pura baru datang. 

"Mas Yogi!?" panggilku.

Dari kamar Mas Yogi menjawab, "Lapo(Ada apa)?" 

"Oh, kirain nggak ada orang. Mbak Salsa di dalem ya? Soalnya sepatunya ada di luar," tanyaku.

"Iya," jawabnya.

"Awas loh ya digerebek ntar," sindirku.

"Urusanku, weekkk....," 

Aku langsung masuk ke kamarku. Gile bener Mas Yogi. Berani ya ngelakuin begituan di rumah ama pacarnya. Aku langsung bersih-bersih diri. Mandi dan ganti baju. Setelah itu aku BBM-an ama Anik.

Me: Nik, gimana? Ada yang bisa aku lakukan?

Anik: Do'ain bapak aja deh. 

Me: Kamu masih di rumah sakit?

Anik: Sebentar lagi pulang. Makasih ya, ortumu tadi ke sini.

Me: Iya.

Anik: Koq ibumu tahu aku pacaran ama kamu?

Me: Mas Yogi yang cerita.

Anik: Untung Mbak Rahma nggak tahu.

Me: Lho, kan nggak apa-apa to kalau Mbak Rahma tahu.

Anik: Kamu nggak ngerti sih. Udah ah. Aku mau pulang ke rumah. Persiapan buat UTS besok. Sekarang ibu sudah ada di rumah sakit.

Me: Oke deh. Semangat yah cinta.

Anik: <3 u


Perutku keroncongan belum makan dari tadi siang. Aku tak melihat ada apapun di meja makan. Waduh. Alamat beli nasi goreng nih.

AKu lihat Mas Yogi sudah ada di ruang tamu ama Mbak Salsa. Mereka udah pake baju lagi. Mbak Salsa menatap ke arahku dengan pandangan penuh arti. Shit! Mengingat cara dia menatapku pas berhubungan intim jadi konak aku. Untuk menghindari hal yang nggak-nggak aku segera keluar.

"Arep nang endhi?(mau kemana)" tanya Mas Yogi.

"Beli nasi goreng mas," jawabku.

"Beliin kami juga dong. Mas juga belum makan."

"Oke, pedes nggak?"

"Pedes deh."

"Yog, kamu itu koq seenaknya sendiri nyuruh adikmu. Sesekali mbok ya kamu yang beliin!" kata Mbak Salsa.

"Hehehehe, lah itu kan gunanya adik," kata Mas Yogi.

"Pergi sana! Jangan susahin adikmu!" kata Mbak Salsa.

"Ya udah deh. Kamu tunggu di sini ya brother. Jaga itu bidadariku, awas kalo sampe lecet."

Aku mengangkat bahu.

"Duitnya?" tanya Mas Yogi.

"Aku belum ngambil duit mas, tadi kepengen ngambil dulu di ATM," jawabku.

"Yah, koq sama. Yawis aku ngambil ke ATM aja kalau gitu," kata Mas Yogi.

Dia lalu keluar rumah. Dan sudah pergi begitu saja dengan sepeda motornya. Aku lalu duduk di kursi sofa di ruang tamu. 

"Enak dek colinya?" tanya Mbak Salsa.

Waduh...langsung menohok ini Mbak Salsa.

"Apaan sih mbak?"

"Udah deh, aku tahu koq kamu tadi ngintip kita, hihihihi."

"Sorry mbak, yang tadi,..."

"Nggak apa-apa, sante aja," ia mengedipkan matanya ke aku.

Waduh aku jadi konak nih. Aku berusaha menyembunyikan ini. 

"Kenapa? Masih konak?" tanya Mbak Salsa.

"Nggak mbak,"

"Udah, kamu nggak usah malu. Kalau mau ngocok lagi ya sana ngocok."

"Ih, mbak deh, koq ngegodain aku? Sejak kapan sih gituan ama Mas Yogi?"

"Mau tahu apa emang mau tahu banget?"

"Kalau nggak mau jawab juga nggak apa-apa," kataku.

"Sudah setahun ini sih," mendengar jawabannya ini aku kaget. Setahun?

"Setahun ini mbak?" 

Ia mengangguk. 

"Koq bisa ya Mas Yogi dapetin mbak itu gimana ceritanya?"

"Panjang ceritanya, yang jelas Masmu itu orangnya asyik diajak ngobrol trus lucu."

Aku manggut-manggut. Tiba-tiba Mbak Salsa duduk di sampingku. Mau apa dia?

"Boleh mbak tanya sesuatu?"

"Apa mbak?"

"Udah punya pacar?"

"Udah."

"Ohh... cakep?"

"Cakep dong."

"Ngapain aja ama pacarmu?"

"Yahh..macem-macem mbak."

"Udah pernah ML?"

"Ih mbaknya koq menyelidik gitu?"

"Jadi belum ML nih ceritanya?"

Aku menggeleng.

"Masih perjaka dong."

Aku mengangguk.

"Mbak, minta tolong ama kamu boleh?"

"Apa mbak?"

"Mbak kepengen lihat otongmu."

"Ih, mbak ini apaan sih? Ntar kalau Mas Yogi lihat gimana?"

"Udah deh, Mas Yogi lama koq. Lagian aku tadi yang nyuruh dia pergi, ayolah bentar aja."

"Nggak deh mbak."

Aku mau beranjak.

"Ya udah deh, ntar aku bilang ke Masmu kalau kamu tadi ngintip kita."

"Waahh...jangan mbak! Jangan!" aku kembali duduk.

"Naah...boleh ya?"

Aku menghela nafas. Akhirnya entah kenapa mbak Salsa yang aku kenal ini sekarang menjadi binal. Ia mengelus-elus otongku dari luar celanaku. Tangannya lembut. Gila otongku langsung keras. ia membuka resleting celanaku dan menurunkannya. TUING!

"Kalian ini, kakak adek, sama-sama punya pusaka gedhe," kata Mbak Salsa. Otongku diremasnya. Ooohh...ini baru pertama kali otongku dipegang seperti ini.

"Mbak, katanya cuma dilihat? Udah mbak. Ntar kalau Mas Yogi tahu aku bisa digorok ama dia," kataku.

"Wistalah, awakmu menengo! (udahlah kamu diam aja)" kata Mbak Salsa. Ajaibnya aku menurut.

Mbak Salsa melakukan urutan-urutan ke batangku yang semakin mengeras itu. Begitu saja udah enak. Gila nih cewek. Jilbaban tapi binal banget. Dan gerakan selanjutnya aku tak pernah bayangkan sebelumnya. Di menjilati kepala pionku. Mateng aku. Langsung seluruh syarafku menyuruhku untuk menyerah. Dah, aku nggak kuat. Aku pasrah sekarang. Lidah Mbak Salsa menari-nari di lubang kencingku. 

Aseeemm....Ia basahi otongku dengan lendirnya. Cewek ini berbahaya. Kalau dibiarkan aku bisa muncrat beneran ini. 

"Rian, kamu perkasa banget," katanya sambil melirik ke arahku. Ia masukkan pionku ke mulutnya. Ini baru pertama aku dioral seorang cewek. 

"Mbaak, jangan dong...hhmmfff...uuhhh..," keluhku.

Gimana ia bisa melakukan ini? Dia profesional banget ngulum penisku. Duh, mana sampe basah banget tuh otong dikulum. Plus dalem banget. Aku makin keenakan. Apalagi ia selusuri otongku sampai ke pangkalnya, lalu dihisapi bola-bolanya. Ahh....brengsek nih cewek. 

"Kamu kalau mau grepe-grepe ke dadanya mbak nggak apa-apa koq," katanya.

Dia menaikkan bajunya dan kemudian meloloskan branya sehingga buah dadanya mencuat. Aku pun memegangnya. Gila, empuk banget, putingnya mengeras. Kepala mbak Salsa naik turun lagi. Aduh mas bro, kalau begini terus aku bisa muncrat nih. Dia ngisapnya gila nggak tanggung-tanggung kuat banget nyedotnya.

sllurrrupp! Clop clop clopp! sluurrruppp! clop clop clop!

"Mbak, aku nggak tahan mbak!" kataku. "Udah dong, mau muncrat ini!"

Tapi Mbak Salsa makin cepet. Aku makin keras meremas dadanya. Kakiku pun menegang. Dan CROOOOTTT! CROOOTT! CROOOTT! Aku keluar, aku keluar di mulut Mbak Salsa. Ahhh....banyak...aahhh....Mbak Salsa menampung semuanya. Uhh...ia jilati sisa-sisa spermaku. 

Aku segera memasukkan kembali penisku setelah ia puas. 

"Mbak Salsa ini keterlaluan," kataku.

"Tapi kamu suka kan? Buktinya sampai remas-remas dada mbak," kata Mbak Salsa.

"Nggak, itu tadi naluriah. Siapapun juga bakal melakukan hal yang sama," kataku.

"Hihihihi, manimu enak lho Rian. Mbak suka," katanya. "Lain kali mbak boleh ya minta lagi?"

"Nggak, aku sudah punya pacar mbak. Aku nggak mau mengkhianati pacarku," kataku.

Mbak Salsa hanya tersenyum. "Ya nggak apa-apa, mbak juga nggak maksa koq. Tapi mbak nanti bakal cerita lho ke Masmu."

Brengsek ini perempuan. Binal banget. AKu nggak nyangka Mbak Salsa bisa seperti ini sifatnya.

"Cerita aja deh, aku nggak takut," kataku.

"Termasuk aktivitas oral kita barusan?" 

Aku menatap tajam matanya. Dia benar-benar ular. Aku sudah masuk ke perangkapnya. Apa yang harus aku lakukan? Ia mau menghancurkan hubungan kakak dan adik?

"Selama kamu nurutin mbak. Nggak masalah koq Rian," kata Mbak Salsa. "Kamu aman, kita aman. Kamu dan aku bisa melakukan ini kapan pun. Asal nggak ketahuan ama Masmu. OK?"

Aku menghela nafas. Menyerah. Dia terlalu licik. Brengsek. Ia tertawa sekarang. Tertawa jahat. Dari mana Mas Yogi kenal perempan brengsek kaya' gini?

0 Response to "Cerita Dewasa Cinta Sayur Asem Episode 10"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel