Cerita Dewasa Cinta Sayur Asem Episode 22

Firasat


Cinta sejati itu misteri
Terkadang perasaan yang terlalu kuat bisa menimbulkan firasat
Hanya saja terkadang mereka tak saling menyadari

#Pov Yuli#

Hubunganku dengan Fajrul kian hot. Aku bahkan tak segan-segan untuk minta diciumnya, atau bahkan dia sendiri yang meminta. Sekalipun begitu kami tetap jaga diri agar jangan kelewatan. Namun tidak pada hari itu. 

Hari Jumat, aku main ke kostnya lagi. Sebenarnya tidak sengaja aku berada di kostnya. Hanya setelah tadi jum'atan aku nebeng sih kepengen ke rumah temen karena masih satu jalur. Eh, malah kehujanan. Akhirnya sementara berteduh di tempat kostnya.

"Lho, koq sepi ya kost lo?" tanyaku.

"Paling juga masih pada keluar semua, belum balik. Mau minum apa? Aku buatin?"

"Yang anget-anget aja deh."

"Beres."

Fajrul pergi ke dapur, aku duduk aja di kamarnya. Sepi banget tempat kostnya kaya' kuburan. Hanya suara air hujan yang turun cukup deras hari itu satu-satunya yang membuat suasana sedikit ramai. Aku kemudian menghabiskan waktuku bermain-main jejaring sosial sebentar. Tak berapa lama kemudian Fajrul datang sambil bawa nampan yang di atasya ada teh ama kopi. Dia taruh nampan itu di atas meja belajarnya. 

"Waah...asiik ada yang anget-anget," seruku. Segera aku ambil segelas teh itu. Fajrul mengambil kopinya. "Kamu suka kopi ya?"

"Yup, hampir tiap hari ngopi," jawabnya. 

Gue akhirnya menikmati teh anget ini. Dingin-dingin minum teh anget, sip deh. Gue pertamanya sih nggak curiga waktu Fajrul menutup pintu kamarnya. Sebab setelah itu dia minta ijin untuk ngerjain tugas, lalu dia buka laptopnya dan mulai ngerjain sesuatu. Aku sibuk sendiri dengan ponselku. Nah, aku mulai aneh. Koq badanku panas ya? Trus merinding. Memekku pun rasanya gatel. Aku coba membenarkan posisi dudukku. Trus aku gesek-gesek pake tangan, seperti aku ketika mastrubasi sendiri. Ahh...koq enak? Waduh, aku sange nih kaya'nya. 

Apa karena aku ada di kamar Fajrul trus cuaca hujan ya? Tapi ini kuat banget. Aku jadi punya pikiran yang aneh-aneh. Apa Fajrul ngasih aku obat perangsang? Aku tepis pemikiran itu. Dia itu anaknya baik, nggak mungkin melakukan hal-hal seperti ini. Makin lama aku beneran sange nih. Fajrul masih ngetik aja di laptopnya sambil sesekali nyeruput kopi yang ia seduh tadi. 

"Akhirnya selesai juga," gumam Fajrul. Setelah itu ia menoleh ke arahku. Duh, kenapa gue sekarang butuh Fajrul ya? Brengsek ah.

"Jrul, lo tadi naruh obat perangsang ya?" tanyaku.

"Hah? Obat perangsang?" 

"Halah, nggak usah bohong deh. Gue tahu koq, gue sekarang lagi sange berat ini. Lo harus tanggung jawab!" kataku. 

"I..itu...,"

"Ayo sinih, cepetan!" kataku.

Fajrul kikuk, ia pun mendekat ke arahku. Aku langsung tarik tangannya dan kami bergumul di atas kasurnya. Dan dimulailah pertempuran kami. Dengan ganas aku menghisapi bibirnya. Ini bukan pertama kali aku berciuman. Dulu waktu SMA aku pernah koq ciuman ama cowokku. Dan dia juga orang yang pertama kali ngambil keperawanan gue. 

"Hmmhhhhhmmm...kamu ternyata cowok nakal ya, Jrul?" bisikku sambil terus menciuminya. 

"Yul, kamu seksi banget sih," bisiknya. 

"Lo kalau mau bilang aja, nggak usah pake obat segala. Pokoknya kalau gue belum KO, lo harus muasin gue!"

"Siap nyonya," katanya. 

Fajrul pun semangat ia buka kancing bajuku, ia juga buka kaosnya. Aku membuka kaitan braku dan melemparnya. Fajrul tampak takjub dengan dua buah dadaku. Ia tak henti-hentinya menatapnya. 

"Udah, koq nggak dilanjut? Dilihatin melulu," kataku. 

Fajrul langsung deh menciumi dadaku, sasaran utama langsung ia kenyot puting susuku. Aku menggelinjang hebat. Buru-buru aku juga melepaskan rokku, dalam sekejap aku dan Fajrul sudah telanjang satu sama lain. Dia cukup lihai memberikan rangsangan-rangsangan ke seluruh tubuhku. Kulihat penisnya yang berotot mengacung ke arahku. Dia arahkan batang itu ke mulutku. Aku ngerti apa yang ia inginkan. Segera saja aku hisap pionnya. 

"Aahh...Yul...enak Yul...," rancaunya. 

Kepalaku maju mundur memberikan efek surga dunia kepadanya. Aku bantu dia mengocok dengan tangan dan kepala pionnya aku remas-remas dengan bibir dan lidahku. Efeknya luar biasa. Dia meremas-remas kepalaku. Ia ingin agar penisnya bisa makin dalam kerongkonganku.

Gloogkkkhh...gloggkkhh....gloggkkkh

Batangnya masuk penuh ke mulutku. Hampir saja aku muntah, tapi aku suka. Aku benar-benar bernafsu. Setelah Fajrul puas, ia kemudian mencabut penisnya dari mulutku. Dia buka lebar kakiku. Pasti ia takjub dengan pemandangan di bawah sana. Ia ciumi memekku yang sudah basah. Lidahnya kemudian mulai aktif menjilat dan menghisap. Aahhh...gilaaakk...enak banget.

"Terusin Jrul, iya di situ...ohh...aaahhh....cepetan! puasin gue, aduhhh....aaahhh...iaaaahhhh!"

"Tenang habis ini aku berikan koq," kata Fajrul. 

"Udah Jrul...langsung aja. Udah nggak tahan!" kataku.

Tapi Fajrul tetep menjilati memekku sampai bener-bener banjir. Dannn....ahhh...gue nyampeee....aahhh...aaahhh. Pantatku kuangkat. Pungguku melengkung dan kedua tanganku mendekap kepala Fajrul. Brengsek ini anak, hebat bener mainnya. Aku curiga kalau dia pasti pernah melakukan ini sebelumnya. 

Melihat aku keluar Fajrul mulai naik sekarang. Mulutnya masih belepotan cairan kewanitaanku. Aku tak peduli. Aku langsung ciumi dia, kuhisap apa yang ada di dalam mulutnya. Tanpa diaba-aba ia tiba-tiba langsung menusukkan senjata tumpulnya ke liang senggamaku. SLEBB...mudahnya, karena aku benar-benar sudah banjir. Otot-otot vaginaku langsung mencengkram pusaka Fajrul yang keras itu. 

"Ahhh....Yul, enak banget Yul!" bisik Fajrul. 

"Iya Jrul, enak banget. Ayo genjot! Ahhh....!" 

Fajrul mulai menggenjot pantatnya. Batangnya mulai keluar masuk, menggesek rongga vaginaku. Bahkan kemaluannya pun menggesek klitorisku. Aduuhh...nikmat, aku nggak nyangka aku bisa ngentot ama anak UKI ini. Dari luar dia kelihatan alim, dalemnya ya sama aja. Suka ngewe. Fajrul mencoba berbagai gaya, dari misionari, gaya miring, 69, doggie, macem-macem. Hingga aku keluar berkali-kali. Tapi kuat sekali ni anak, dari tadi blom keluar-keluar. 

"Lo kuat banget Jrul? Kapan keluarnya?" tanyaku sambil berada di atasnya dengan posisi WOT.

"Bentar lagi sayang? Ini...ahh...nyampe...nyampe..!"

"Iya,...aku bisa rasain, keras banget lo," kataku.

Aku makin liar menggoyang pantatku. Fajrul pun menekan-nekan pantatnya ke atas. Dan, beneran ia keluar. Diremasnya toketku. Aku pun ambruk. Semprotan lahar kentalnya benar-benar memabukkanku. Aku puas...puass banget. Nafas kami memburu. Aku ambruk di atas tubuh telanjangnya. Penisnya masih berkedut-kedut aja nyemprot di dalam. 

"Makasih ya sayang," kata Fajrul.

"Huuu...dasar. Lain kali kalau kepengen bilang aja," kataku.

"Hehehehe, gimana? Puas?" tanya Fajrul.

"Iya, tulangku rasanya copot semua, hebat kamu Jrul," kataku.

Setelah peristiwa di kosan itu aku dan Fajrul sering bercinta kalau ada kesempatan. Entah di kosnya atau check in. Di rumahku? Nggak. Gila apa, ibu ada di rumah koq. Lagian tamu cowok juga jarang yang mampir ke rumahku. Alasannya takut ama bokap. Bokapku termasuk kolot soal temen laki-laki. Pasti diinterogasi macem-macem kalau bertamu.

Hubunganku ama Fajrul terus berlanjut, hanya sayang akhirnya kandas. Hal itu karena Fajrul udah nggak asik lagi. Dia hanya kepengen dapat pelampiasan aja ke aku. Dan fetishnya agak aneh sih. Akhir-akhir sebelum kita putus dia selalu dandanin aku pake kerudung gitu. Dan tiap kali ngentot pasti aku disuruh pake. Aneh kan? Dari situ akhirnya aku tahu kalau dia emang tergila-gila ama cewek berjilbab. Mungkin karena dia sering lihat temen UKI yang pake berjilbab dan dia melampiaskannya kepadaku. Sungguh sinting anak ini. Akhirnya aku nggak mau lagi jalan ama dia. Dan aku pun jomblo lagi.

Sampai kemudian Anik curhat kalau Rian mau nikah ama kakaknya. Aku kaget juga sih. Koq bisa? Akhirnya dari situlah Anik nyesel banget kenapa dulu nggak pernah berkorban demi Rian. Akhirnya dia aku dampingi pulang ke Kediri, sekaligus mewakili bokap karena nggak bisa dateng ada urusan di Lampung. Maklum bokapku ini kerjanya di perkapalan, jadi sering keluar pulau gitu.

Singkat ceritanya setelah hari pernikahan. Aku mau balik ke Jakarta ama Anik. Aku baru tahu sosok Rian yang sebenarnya. Anaknya sih biasa saja. Tapi ramah banget. Dari cara dia menyapaku, menyapa orang-orang, sepertinya ia disukai banyak orang. Aku saja sudah dianggap sebagai keluarga. Yah, kami kan akhirnya jadi keluarga toh? Aku kan masih sepupu sama Anik dan Rahma. Jadinya ya dia keluargaku juga sekarang.

"Mbak Yuli, boleh ngobrol sebentar?" tanya Rian.

"Apaan?" tanyaku.

"Sebentar aja, keluar dulu yuk!" katanya. 

Aku dan cowok yang diperebutkan oleh dua bersaudari ini pun keluar. Dia mengajakku ngobrol di teras. Sepertinya ada yang ingin dia bicarakan serius. 

"Ada apa?" tanyaku.

"Mbak, aku boleh minta tolong ke mbak?" tanyanya.

"Apa?"

"Tolong jagain Anik, ya?"

"Hah? Maksudnya?"

"Aku dapat firasat buruk, sepertinya Anik bakal dapat musibah."

"Ah, lo ini aneh-aneh aja Rian. Firasatmu itu...."

"Mbak, dengerin dulu!" kata-kataku dipotong oleh Rian.

"Ya ya aku dengerin."

"Semalam aku bermimpi, Anik tenggelam. Ini firasat yang jelas nggak enak. Tolong deh mbak. Awasi Anik bener-bener."

"Lo masih suka ama Anik?"

"Hah? Maksud mbak?"

"Gue tahu semuanya dari Anik kalau kalian dulu pacaran."

"Iya, benar. Tapi tolong deh mbak. Ya? Perasaanku nggak enak saat ini."

Aku menghela nafas. "Iya deh, iya deh. Gue akan jagain Anik."

Rian tampak lega mendengar itu. "Makasih mbak. Makasih."

"Rian, aku kepengen tanya ama kamu."

"Apa mbak?"

"Kalau misalnya nih ya. Misalnya, Anik ama Rahma belum pernah lo tembak. Maksudku misalnya kita kembali lagi ke awal di mana lo belum punya hubungan dengan keduanya. Lo bakal milih siapa?"

Rian berpikir sejenak, kemudian dengan mantab ia menjawab, "Aku akan pilih Anik."

DUEEERRR! Edan ini anak. Jawaban ini mengejutkanku. 

"Kenapa lo milih dia?"

"Karena sejak dulu aku suka ama Anik dan rasa itu masih ada sampai sekarang. Mbak mau jaga rahasia?"

"Iya, apa?"

"Walaupun sekarang aku harus menulis sisa hidupku bersama Rahma, dari lubuk hatiku yang paling dalam aku masih menyukai Anik. Itu rasanya sulit dihapus. Rahma juga tahu kalau aku suka ama adiknya. Dan Anik juga tahu, tapi ini sudah menjadi keputusanku. Aku telah memilih Rahma sebagai istriku, dan aku tak bisa mengubah itu. Kisah cintaku dengan Anik sudah berakhir, dan aku punya kisah cinta sendiri sekarang dengan Rahma."

"Anjir lo, sok puistis. Tapi lo ini emang O'on sih, bener kata Anik."

"Hah?"

"Ada lagi?"

"Boleh minta nomor telp dan BBM-nya?"

"Boleh."

Setelah kami saling tukar nomor telepon dan BBM. Aku pun pergi.

"Beneran ya mbak, jagain Anik."

"Iya, iya. Oh iya, kaya'nya kamarmu butuh pengedap suara deh."

"Buat apa?"

"Habis tadi malem kedengeran sampe orang serumah nggak bisa tidur."

"Eh? Beneran? Aduh....malu aku."

"Hihihi, sante aja. Maklum Yan, pengantin baru. Hahahaha."

Aku segera balik ke kamar untuk mengepak barang-barang. Di kamar aku melihat Anik juga sudah mengepak barang-barang. 

"Ngobrol apa ama Rian, Yul?" tanya Anik.

"Ada deh. Kenapa? Cemburu? Dia udah jadi iparmu lho." 

"Nggak, ah. Udah. Ditanyain beneran koq jawabnya apa."

"Hehehehe. Rian itu baik ya. Pantes elu nggak bisa move on ama dia."

"Udahlah Yul, udah. Dia udah jadi iparku, nggak mau aku ngerusak rumah tangga orang."

"Iya, iya," aku berhenti menggodanya. Anik, Anik, kalian berdua ini sekalipun jauh ternyata masih ada percikan-percikan bunga cinta di antara kalian. Sayang nasib kalian harus sampai di sini. Aku berdo'a agar kamu bisa move on Nik. Rian sudah jadi ipar kamu, so live must go on.

0 Response to "Cerita Dewasa Cinta Sayur Asem Episode 22"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel