Cerita Dewasa Cinta Sayur Asem Episode 31

The Moment

#Pov Anik#

Aku terkejut. Ada banyak mobil di luar rumah. Kemudian aku pun melihat Zain keluar dari mobil. Kemudian diikuti yang lainnya. Wah, ada apa ini? Aku berdebar-debar, perasaanku nggak enak nih. Aku lihat kedua orang tua Zain yang kemarin meremehkan aku. Mereka berada di belakang Zain, tampak sang ibu yang merendahkanku kemarin menangis di sana.

Aku pun keluar rumah. Dalam sekejap halaman rumahku penuh orang. 

"Ada apa ini?" tanyaku. Aku waktu itu menggendong si Rangga yang sedang tidur. Ibuku soalnya sedang ngurusi butiknya. Aku kebetulan di rumah sendirian. 

"Nik, aku ke sini bersama rombongan keluargaku bermaksud melamar kamu," kata Zain.

"Hah?" aku terkejut. 

"Iya, aku sudah berikan pengertian kepada kedua orang tuaku, mereka tak akan bisa mencegahku. Biar pun aku harus keluar dari silsilah keluarga mereka aku tak peduli. Aku akan buktikan kepadamu bahwa aku juga bisa berkorban. Aku mengancam kepada mereka aku akan benar-benar pergi dari keluargaku, sekarang aku sudah di sini. Aku dengar kamu pulang ke Kediri, akhirnya kami pun ke sini," kata Zain.

Aduh mak, mateng aku. Gimana ini?

"Aduh, Zain...itu...duh gimana ya...," aku jadi nggak enak ngomong ama dia.

"Nak Anik, ibu mohon maaf ya atas sikap ibu kemarin. Zain udah nggak bisa diubah pendiriannya. Ibu mohon maaf banget, Zain udah bersikeras kepengen ngelamar kamu," kata ibunya Zain.

"Masalahnya nggak semudah itu. Aku...aku mau menikah ama bapaknya anak ini," aku jujur deh.

Semua orang tampak tertegun. Mereka heran.

"Anak siapa itu?" tanya Zain.

"Ini anaknya Mbak Rahma, kakakku," jawabku.

"Oh, Rian ya?" kata Zain. Ia menghela nafas.

"Maaf ya, Zain. Aku emang belum bilang ke kamu. Dua hari lagi aku akan menikah ama Rian. Ma'aaaaf banget, aku nggak bisa menerimamu. Aku mohon maaf juga buat bapak, ibu. Aku memang nggak pantas buat Zain. Kita dari kasta yang berbeda. Aku bisa fahami koq semua itu. Aku mohon maaf sekali. Aku sudah menemukan orang yang aku cintai sejak dulu, sejak ketika pertama kali aku bermain di sawah bersama-sama, bermain layang-layang bersama-sama, belajar bersama, lari-lari ngejar truk tebu bersama-sama. Aku mencintai dia dan aku sadari aku tak bisa melepaskan dia. Maaf ya, kalian semua, terutama kamu Zain. Aku minta maaf banget."

Zain tersenyum. "Tak apa-apa Nik, tak apa-apa. Aku emang terlambat. Seharusnya aku melamar kamu dari dulu. Dan seharusnya mereka tak mencegah aku." Zain menoleh ke ayah dan ibunya. 

Tiba-tiba ibunya Zain menghambur ke arahku dan berlutut. 

"Nak Anik, kumohon terimalah Zain nak. Ia mengancam akan ninggalin kami kalau ia tak menikah ama kamu, kumohon nak, terimalah Zain. Ibu akan berlutut di sini sampai kamu mau. Apa mas kawin yang diberikan ama calon suamimu itu, ibu bisa berikan lebih banyak, ibu bisa berikan lebih baik. Kamu mau apa nak? Akan ibu berikan," kata wanita ini. Aku lalu duduk di depannya.

"Nggak ibu, tidak. Zain tak akan mungkin melakukan itu. Saya tahu bagaimana sifat Zain. Ia tak akan menyakiti ibunya sendiri. Ibu, bukan masalah mas kawin banyak atau sedikit. Bukan masalah itu. Semuanya adalah masalah ini bu," aku menunjuk ke dadaku. "Karena inilah seseorang akan dicintai, dan dengan karenanyalah aku memilih Rian. Ibu, berdirilah nggak pantas seorang ibu berlutut kepada seorang wanita seperti aku. Ayo bu, berdiri!"

Aku menuntun Ibunya Zain untuk berdiri. Ia menangis tersedu-sedu. Kemudian memelukku. "Ibu minta maaf ya nak. Ibu sangat menyesal sekarang. Kamulah yang seharusnya pantas jadi istrinya Zain. Bukan yang lain. Kamu punya saudari nggak nak? Biar Zain ibu nikahkan ama saudarimu."

"Kakak saya udah meninggal bu, ini anaknya," jawabku.

"Oh...lucunya anak ini," Ibunya Zain tampak mengelus-elus pipinya Rangga. "Kamu punya keluarga yang masih single?"

Wah ini ibu, koq ngebet banget nyari keluargaku yang masih single. Agak aneh aja sih.

"Ada sih, Zain juga kenal koq," kataku.

"Wah, Nik udah nggak usah dituruti maunya ibu," kata Zain.

"Zain, mata ibu terbuka sekarang. Ibu yakin keluarganya Anik ini orangnya baik semua, anaknya aja seperti ini koq. Yang pasti ibu akan nikahkan kamu sama keluarganya Anik. Bagaimana Anik ada nggak?" ibunya Zain jadi superior lagi sekarang. Zain cuma diem. Ia menggeleng-geleng.

"Ada, itu Yuli. Dia masih single bingung cari jodoh sampai sekarang," kataku.

"Wah, Mbak Yuli??" Zain ketawa.

"Eh, kenapa kamu anak ketawa?" tanya ibunya. "Kamu kenal ama dia Zain?"

"Ya iyalah, eh sebentar ibu nggak kepengen jodohin aku ama dia kan?" tanya Zain agak ketakutan.

"Kenapa? Daripada kita nggak ada hasil, lagipula ibu yakin siapa tadi namanya? Yuli ya? Iya Yuli juga pasti sama baiknya ama Anik. Di mana dia tinggal?" tanya ibunya Zain.

"Di jakarta bu," jawab Zain.

"Ayo, sekarang kita ke Jakarta!" kata ibunya Zain. "Makasih ya nak Anik, moga pernikahan kalian langgeng. Ayo pergi!"

Waduh??! Semua rombongan keluarganya Zain pergi. Zain kebingungan.

"Koq bisa jadi begini?" gumam Zain sambil menoleh ke arahku. Aku hanya mengangkat bahu. "Selamat ya, ibuku nggak bisa dihentikan kalau sudah begini. Sampai jumpa, Nik!"

Aku melambaikan tanganku ke arah Zain. Ibunya dan ayahnya sudah masuk ke dalam mobil, Zain mengikutinya. Mereka pun kemudian pergi. Tak berapa lama kemudian Rian jalan kaki pakai sandal jepit, kaos oblong dan celana selutut sambil membawa belanjaan. Sangat kontras dengan rombongan keluarga Zain yang barusan aku lihat yang bersepatu, rapi, necis.

"Lho, itu tadi Zain yah? Mau ngapain?" tanya Rian.

"Mau ngelamar Yuli," jawabku.

"Hah? Yang bener!?" 

"Kasih tahu Yuli gih, biar dia nggak kaget kalau Zain dan keluarganya datang!"

Rian ketawa, "Aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi kayaknya seru deh."

Iya Rian, seru. Pasti habis ini Yuli bakal marah-marah ke aku. Hihihihihi.

***

Benarlah apa yang aku pikirkan kemarin. Esoknya Yuli marah-marah ke aku. Ia BBM aku.

Yuli: Niiiiiiikkkk....gilaaaaakkk. Lo kirim rombongan semut ke rumah gue!?

Me: 
Bagus toh, sekarang nggak jomblo lagi.

Yuli: Nggak jomblo sih nggak jomblo tapi ya nggak gini jugak kale, gue sampe diisuin teroris ama orang-orang. Gara-gara dikunjungi mobil SUV warna item. Trus ngapain lo bilang kalo gue masih kerabat ama lo? 

Me: Lah, emang kerabat kan?

Yuli: Iya, tapi koq cowoknya si Zain sih?

Me: Kenapa? Zainnya nolak kamu?

Yuli: Dia juga bingung mutusin.



Yuli: Pake ketawa lagi. Awas lu ya.

Me: Lah, kamunya gimana lho? Mumpung kesempatan ini. Mumpung kamu masih jomblo, toh Zain juga keluarganya tajir, anaknya single. Kurang apa cobak?

Yuli: Tapi ini terlalu instan Nik, gue aja lebih suka bakmi yang dimasak di pinggir jalan daripada masak mie instan. 

Me: Ya udahlah Yul, jodoh kan di tangan Tuhan. Kamu mau nerima atau nggak itu keputusanmu. 

Yuli: Duh, serba salah lagi deh gue. Gue bilang tadi tunggu dua hari deh. Gilaaaaakkk! Awas kalau nanti ketemu ama lo, gue gelitikin lo ampe mampus.


Aku ketawa-ketiwi sendiri sampai perutku sakit. Rian yang sedang bermain ama anaknya jadi bingung sendiri, "Ngapain ketawa-ketawa sendiri?"

"Habis lucu, HAhahahahahaha."

0 Response to "Cerita Dewasa Cinta Sayur Asem Episode 31"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel